Cerita Wartawan Positif Covid-19 : Kayak Mau Sakratul Maut, Demam, Tidur Tak Nyaman

  • Bagikan

ILUSTRASI wartawan, jurnalis, pers, insan pers. /PIXABAY

JAKARTA – Tak dapat dipungkiri pandemi virus corona atau penyakit COVID-19 telah membawa petaka bagi banyak orang, tak terkecuali bagi yang terinfeksi. Hal ini dialami Daulat Fajar Yanuar, seorang wartawan yang sempat terinfeksi virus corona pada Juli lalu.

Daulat mengalami beberapa gejala sebelum divonis positif COVID-19. Gejala yang dirasakan beragam, mulai dari demam tinggi, kehilangan indera penciuman, hingga sesak napas.

“Kenanya kurang tahu, kemungkinan 26 Juli, waktu itu hari terakhir saya keluar rumah ke kantor lalu ke kementerian, masih liputan. Awalnya dari hari Minggu 28 juli, demam biasa, hangat, berlanjut demamnya lebih tinggi kemudian hari Selasa mulai meriang kena tipes kemudian mulai pusing, gejala tipesnya tetep muncul. Hari Kamis, tidak bisa cium aroma dan merasakan napas sesak,” ungkap Daulat dalam Talkshow dari MNC Trijaya bertajuk “Buruk Tingkah, COVID Dibelah”, Sabtu (29/8).

Menurutnya, gejala yang dialaminya itu ibarat sakratulmaut. Terlebih ia merasakan tidur yang tidak nyenyak karena mengalami demam tinggi.

“Rasanya kayak mau sakratulmaut, karena berat pas muncul demam, tidur enggak nyaman, saya jam 11-12 (malam) itu saya bangun, biasanya jam 8 atau 9 malam,” ucapnya.

Kesulitan bernapas menjadi salah satu rasa sakit yang paling dirasakan Daulat saat menderita COVID-19. Terbukti saat ia melakukan foto x-ray, terdapat banyak flek pada paru-parunya dan dokter akhirnya memvonisnya sebagai suspect corona.

“Sabtu saya periksa dokter dan tes darah hasilnya postiif tipes dan foto x-ray itu ada flek di paru-paru banyak banget. Lalu dokter men-suspect saya COVID, lalu saya tes swab dan tracing. Kemudian teman-teman berinisitaif kontak Satgas COVID Nasional supaya saya bisa masuk Wisma Atlet. Di sana saya di-swab dan positif pada 6 Agustus,” lanjutnya seperti dilansir Kumparan.com

SIMAK JUGA :  Vaksinasi Booster Mulai Januari 2022, Ini Tiga Jenis Vaksin yang Akan Digunakan

Dokter kemudian meminta Daulat untuk mengisolasi diri agar dapat melindungi orang-orang terdekatnya, seperti keluarga. Kesulitan bernapas menjadi salah satu tantangan sulit yang dirasakan Daulat selama divonis terpapar virus corona.

“Kalau pas mau napas rasanya sesak, kayak ada beling di paru-paru. Pas narik napas perih banget, mungkin kayak orang yang pneumonia, karena perih. Frekuensinya setiap saat napas itu perih. sampai Wisma Atlet pun dokter nanya apakah terengal-engal dan saya baru tiga hari kayak gitu. Saya jalan 30 meter saja sudah engap. Saya enggak punya penyakit bawaan,” katanya.

Setelah dirawat selama 14 hari di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Daulat akhirnya dipulangkan karena sudah merasakan tanda-tanda kesembuhan.

“Pulang itu status saya masih positif, tapi imunitas saya sudah mencapai 35, kebijakannya score CT-nya sudah 35 artinya sudah bagus lagi. Saya pulang tanggal 26 Agustus, 15 Agustus saya swab lagi itu ke tiga,” lanjutnya.

Setelah terpapar virus corona, Daulat merasakan beberapa perubahan pada tubuhnya. Seperti semakin sensitif terhadap abu rokok dan debu sejak terpapar.

“Saya jadi sensitif dengan abu rokok, debu-debu. Saya pulang itu kan naik taxi. Mungkin driver-nya abis ngerokok, itu saya batuk sepanjang jalan enggak ada berhentinya, emang gara-gara bau asap rokok. Debu-debu dari lemari bikin batuk juga, biasanya sih enggak,” pungkasnya (Naff)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *