BP Batam Siapkan Lima Jurus Hadapi Kenaikan Tarif Ekspor ke Amerika, Jadi : Kadin Siapkan Helpdesk bagi Pengusaha

JADI RAJAGUKGUK

JAKARTA – Badan Pengusahaan (BP) Batam menyiapkan lima jurus dalam menghadapi kenaikan tarif ekspor ke Amerika sebesar 32 Persen.

Sementara Kadin Batam telah menyiapkan Helpdesk bagi para pengusaha yang membutuhkan informasi bersifat regulatif dalam menghadapi kenaikan tarif ekspor tersebut.

Deputi Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Djemy Francis, menjelaskan ke lima jurus yang telah disiapkan menghadapi kenaikan tarif ekspor ke Amerika.

Pertama, penyesuaian kebijakan dan insentif dengan mengoptimalkan kebijakan yang mendukung sektor industri unggulan.

Kedua, peningkatan industri bernilai tambah dengan cara mendorong produksi barang yang memiliki nilai tambah lebih tinggi agar tetap kompetitif.

Ketiga, pemanfaatan Status FTZ (Free Trade Zone) dengan memaksimalkan keunggulan Batam sebagai kawasan perdagangan bebas untuk menekan biaya produksi.

Keempat, berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk memperkuat diplomasi perdagangan guna mencari solusi atas dampak kebijakan tarif AS.

Terakhir, ke lima, penguatan rantai pasok global yakni berkolaborasi dengan sektor swasta untuk meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok internasional.

Fary optimistis strategi ini akan membantu Batam tetap bertahan dan bersaing di pasar global.

“Kami tidak akan mundur dari pasar AS. Kami akan terus berjuang agar tetap kompetitif meskipun ada hambatan tarif,” tegasnya seperti dikutip dari laporan INews Batam, Sabtu (5/4/2025).

Menurut Fary, kebijakan tarif timbal balik (resiprokal) yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump 2 April 2025 dipastikan berdampak pada neraca perdagangan Indonesia, termasuk di Kota Batam.

Tarif baru sebesar 32 persen untuk barang impor dan ekspor berpotensi menurunkan minat investasi serta ekspansi pasar tujuan Amerika Serikat.

Realisasi ekspor Batam ke Amrik pada tahun 2024 mencapai USD 4 miliar atau sekitar 25 persen dari total ekspor Batam.

Hal ini, menurut dia, akan menjadi tantangan berat bagi Batam. “Tetapi kami telah menyiapkan strategi untuk tetap kompetitif,” pungkasnya.

Kadin Siapkan Helpdesk

Sementara itu, Ketua Kadin Batam Jadi Rajagukguk menambahkan bahwa pihaknya telah menyiapkan Helpdesk atau layanan bantuan dan pertanyaan dari kalangan pengusaha di Batam terkait kenaikan tarif ekspor ke Amrik yang sangat tiba tiba itu.

Selain itu, katanya, Kadin Batam juga menyiapkan berbagai langkah strategis guna merespons permasalahan yg akan dihadapi oleh dunia usaha, termasuk deregulasi guna menyederhanakan aturan dan menghapus regulasi yang dianggap menghambat daya saing.

“Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan menarik lebih banyak investasi guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.” paparnya.

Jadi Rajagukguk juga menyampaikan bahwa hampir semua pengusaha di Batam terkejut dan kaget dengan kenaikan tarif ekspor ke Amerika.

Mereka juga mempertanyakan, mengapa tarif yang dikenakan kepada Indonesia lebih tinggi dibandingkan Singapura yang hanya 10 persen.

Menurut Jadi, faktor Singapura hanya terkena 10% dari kebijakan impor Amerika Serikat dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya adalah ;

1. Ekonomi Berbasis Jasa

Singapura lebih berfokus pada sektor jasa, keuangan, dan perdagangan global daripada sektor manufaktur. Sebagian besar ekonominya bergantung pada perdagangan ulang (re-export) daripada ekspor langsung barang ke AS.

2. Diversifikasi Pasar Ekspor

Singapura memiliki jaringan perdagangan yg luas dan tidak bergantung secara besar pada ekspor ke AS. Negara ini lebih banyak berdagang dgn Tiongkok, Eropa, dan negara-negara Asia lainnya.

3. Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA)

Singapura memiliki perjanjian perdagangan bebas dgn banyak negara, termasuk Amerika Serikat. FTA ini dapat mengurangi hambatan perdagangan, termasuk tarif impor, dibandingkan negara ASEAN lain yang mungkin tidak memiliki perlakuan yang sama.

4. Ekspor Teknologi Tinggi & Produk Bernilai Tambah

Singapura mengekspor barang dengan nilai tambah tinggi, seperti semikonduktor, produk farmasi, dan peralatan elektronik canggih. Produk-produk ini seringkali lebih sulit dikenai tarif tinggi dibandingkan dgn produk manufaktur massal seperti tekstil atau bahan mentah yg lebih umum dari negara ASEAN lainnya.

5. Kebijakan Perdagangan yang Fleksibel

SIMAK JUGA :  Pansus Balairung Panggil Mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno

Singapura memiliki pelabuhan bebas pajak dan sistem perdagangan yang sangat terbuka, yang memungkinkan barang mengalir dengan cepat tanpa banyak hambatan tarif.

Ekspor dan Investasi Batam

Mengutip laporan dari berbagai sumber, jelas Jadi, nilai ekspor Batam pada Januari 2025 mencapai US$1.775,60 juta.

Dari rincian tersebut, ekspor nonmigas merupakan komponen utama, dan negara tujuan ekspor kedua setelah Arab Saudi adalah Amerika Serikat dengan nilai US$308,90 juta.

Sementara investasi asing (PMA) yang masuk ke Batam pada tahun 2024 mencapai Rp4 triliun dan Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp2,16 triliun.

Sementara total realisasi investasi di Batam sebesar sampai 2024 sudah mencapai Rp25,46 triliun.

Dari total investasi asing dan PMDN pada tahun 2024 ini berhasil menyeraptenaga kerja sebanyak 12.466 orang.

Adapun sektor-sektor yang berkontribusi terhadap investasi di Batam berasal dari Industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam
Perumahan, kawasan industri dan perkantoran,Jasa lainnya serta perdagangan dan reparasi.

Faktor yang mendukung investasi di Batam adalah karena terletak secara strategis di jalur pelayaran internasional. Batam hanya 20 km di sebelah tenggara Singapura yang memiliki salah satu pelabuhan laut tersibuk di dunia.

Seluruh wilayah Batam dinyatakan sebagai kawasan berikat BP Batam terus berusaha untuk membenahi infrastruktur pendukung investasi.

Berdasarkan catatan BP Batam, Singapura menjadi negara dengan nilai investasi tertinggi sebesar Rp 1,91 triliun.

Selain Singapura, negara Asia lainnya yaitu Tiongkok juga masih berkontribusi besar terhadap realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam dengan nilai investasi sebesar Rp 1,69 triliun.

Sementara itu, sektor industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik dan jam memberikan kontribusi besar terhadap realisasi PMA di Batam pada Kuartal III Tahun 2024 dengan nilai Rp 1,84 triliun.

Sektor industri jasa; perdagangan dan reparasi; konstruksi serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran turut memberikan kontribusi serupa terhadap perkembangan investasi di Batam.

Kiat Hadapi Tarif Ekspor AS

Menghadapi tarif resiprokal Amerika, kata Jadi, langkah strategis perlu ditempuh secara terkoordinasi dan kolaborasi baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan stakeholder terkait di Batam, beberapa hal yang disarankan adalah :

1. Negosiasi Diplomatik

Presiden Prabowo Subianto segera mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Washington DC guna melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan tarif impor baru, guna mencari solusi atau penyesuaian tarif agar tdk membebani eksportir Indonesia secara berlebihan.

2. Diversifikasi Pasar Ekspor

Agar tidak terlalu bergantung pada pasar AS, eksportir di Batam perlu mengalihkan dan memperluas target pasarnya ke negara-negara lain, misalnya di Asia, Eropa, maupun Afrika, sehingga risiko akibat tarif tinggi bisa diminimalkan.

3. Peningkatan Daya Saing Produk

Industri di Batam perlu fokus pada peningkatan kualitas, inovasi, dan efisiensi produksi. Hal ini termasuk penguatan teknologi dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, agar produk Indonesia dpt bersaing di pasar global meski menghadapi tarif tinggi.

4. Dukungan Kebijakan dan Insentif

Pemerintah dapat memberikan insentif berupa subsidi, keringanan pajak, dan bantuan keuangan kpd pelaku usaha yg terdampak. Selain itu, penyederhanaan regulasi serta perbaikan birokrasi juga penting agar proses produksi dan ekspor menjadi lebih efisien.

5. Koordinasi Regional

Melalui kerja sama dgn negara-negara ASEAN, Indonesia dapat mencari solusi kolektif untuk meredam dampak tarif resiprokal. Negosiasi bersama dlm kerangka perjanjian perdagangan regional (seperti CEPA) bisa menjadi alternatif untuk membuka pasar baru dan mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Menurut Jadi, langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari upaya dalam memitigasi dampak negatif tarif yg dpt mengganggu daya saing ekspor produk Batam.

“Keberhasilan strategi ini tentunya sangat bergantung pada respons cepat dan koordinasi yg intensif antara semua pihak terkait.” pungkas Jadi Rajagukguk mengakhiri. (*)

Awaluddin Awe
awal.batam@gmail.com