ACHMAD WIDJAJA
JAKARTA – Pengusaha pengguna Jasa Gas Bumi meminta pemerintah memperbaiki tata kelola penggunaan gas bumi, sehingga tidak menggangu pasokan kepada masyarakat.

Achmad Widjaja saat tampil sebagai narasumber dalam dialog di CNBC TV Indonesia, Jumat (14/3/2025). (Foto : tangkapan layar/Awe/HI)
“Tata kelolanya harus diperbaiki. Harus satu sistim. Tidak jalan sendiri sendiri seperti sekarang, sehingga berakibat kepada terganggunya pasokan gas kepada masyarakat,” ujar Achmad Widjaja, Wakil Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) di studio televisi CNBC Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Ketua komite tetap industry dan asosiasi petrokimia Kadin Indonesia era Arsjad Rasjid ini, tampil pada sesi acara Squawk Box CNBC TV Jumat pagi membahas kelangkaan pasokan gas bumi dengan tema Pasokan Gas Seret, Nasib Industri Tanah Air Terancam.
Achmad tampil bareng bersama Eddy Asmanto, Ketua Umum Ikatan Perusahaan Gas Bumi Indonesia (IPGI). Keduanya menyampaikan keprihatinan terhadap pengelolaan gas bumi di Indonesia.
Achmad Widjaja menegaskan bahwa potensi suplay gas bumi untuk industri nasional dari sejumlah sumber di Indonesia masih relatif besar.
Dia menyebut ketersediaan stok dari sejumlah tambang seperti di Tanggu, Bontang, Masela dan Andaman.
Menurut dia, dari kapasitas produksi gas bumi tersebut sebagian besar memang sudah berkontrak dengan perusahaan di luar negeri.
Tetapi, tegas Achmad, 40 persen dari total kapasitas produksi gas bumi kita masih berpeluang dimanfaatkan untuk dalam negeri, termasuk bagi perusahaan dan pengusaha yang bergerak dalam pemanfaatan gas bumi.
Potensi itu dapat dikelolakan kepada perusahaan dan pengusaha pengguna gas bumi di Indonesia.
Eddy Asmanto menambahkan bahwa pihaknya melalui sejumlah perusahaan sudah pernah mengajukan permohonan untuk mengelola penambangan gas bumi kepada pemerintah
“Tetapi anehnya. Sampai saat ini pemerintah tidak pernah menjawab proposal yang kami ajukan,” ujar Eddy.
Achmad menambahkan seharusnya pemerintah sudah menyiapkan skenario penggunaan gas bumi secara terprogram, supaya tidak terjadi krisis pasokan di dalam negeri yang berakibat juga kepada pengusaha gas bumi.
“Sudah saatnyalah sektor energi membuat tata kelola gas bumi yang menjamin stabilitas ketersediaan gas bumi sebagai antisipasi habisnya LNG dan sebagainya,” pungkas Achmad dikutip dari video CNBC Indonesia.
Peningkatan Produksi Gas
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertaminan Hulu Energi Chalid Said Salim di depan RDP Komisi VI DPR- RI Rabu, (12/3/2025) mengatakan pihaknya akan menargetkan peningkatan produksi gas 3 persen pada tahun 2025
Menurut dia, realisasi di tahun 2024 produksi gas sebesar 2.454 MMSCFD dan akan ditingkatkan menjadi 2.536 MMSCFD di 2025
Pada tahun 2024 pemanfaatan gas bumi dimestik mencapai 67 persen dari total pemanfataan gas 3.881 BBTUD dari total 8.786 BBTUD dengan industri menyumbang 40 persen (1.473 BBTUD) dari pemanfaatan domestik tersebut.
Pada tahun 2024 pemanfaatan gas bumi domestik mencapai 67 persen atau 3.881 BBTUD dari total 5.786 BBTUD
Pemanfaatan gas bumi domestik disalurkan untuk kebutuhan listrik 19 persen atau 707 BBTUD, pupuk 19 persen atau 690 BBTUD, dan industri 40 persen atau 1.473 BBTUD
Sesuai target APBN 2024, Lifting gas bumi ditetapkan sebesar 5.785 MMSCFD (dua juta kaki per hari)
Pada 19 Juni 2024, pencapaian penyaluran gas bumi berada diangka 5.305 MMSCFD atau sekitar 92 persen dari target APBN
Sementara itu, cadangan gas alam di Indonesia pada tahun 2021 adalah 41,62 triliun kaki kubik.
Selain itu Indonesia juga punya cadangan gas bumi potensial sebesar 18,99 triliun kaki kubik
Cadangan gas bumi terbesar di indonesia berada di Maluku 13.988, Papua 11.412, Sumsel 4.428,26, Sulawesi 3.223,83
Awaluddin Awe