Benny Rhamdani Sebut Prabowo Mati Kutu Ditanya Ganjar, Dimana Makam 13 Korban Penculikan

  • Bagikan

Foto ilustrasi Debat Capres di KPU RI. Capres Ganjar Pranowo bertanya kepada Capres Prabowo, dimana makam 13 korban penculikan disembunyikan. (Foto : Dok)

Jakarta, HARIANINDONESIA.ID

Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Pasangan NU-3 Ganjar-Mahfud, Benny Rhamdani, mengulas kembali sesi tanya jawab Ganjar dan Prabowo di Debat Capres di KPU RI, Selasa (12/12) malam. Benny menyebut Carpres Prabowo Mati kutu ditanya Ganjar soal dimana makam 13 korban penculikan.

“Mas Ganjar mengajukan pertanyaan cerdas sekaligus telak kepada Prabowo yang membuat Prabowo mati kutu. Makanya dia (Prabowo, red) tidak menjawab pertanyaan Ganjar, tetapi kecenderungannya dia justru menghindar,” kata Benny menjawab awak media, Kamis (14/12/2023).

Benny mengulas kembali peristiwa debat Capres, saat ditanya awak media soal langkah Ganjar yang menanyakan isu penyelesaian pelanggaran HAM berat kepada Prabowo dalam debat kandidat Pilpres 2024 RI.

Dia mengatakan wajar Ganjar bertanya tentang penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat kepada Prabowo karena isu tersebut mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa.

“Nah, apa yang ditanyakan Ganjar itu pertanyaan serius yang mewakili rasa keadilan dari kawan-kawan aktivis ’98 mewakili rasa kehilangan dari para orang tua korban. Apakah Prabowo tidak merasakan bagaimana orang tua merasa kehilangan anaknya, adik merasa kehilangan kakaknya, kakak merasa kehilangan adiknya, anak merasa kehilangan bapaknya,” kata Benny.

“Jadi, pertanyaan Ganjar mewakili suasana batin aktivis mahasiswa, ayah, dan ibu yang lehilangan anak, saudara yang kehilangan keluarga, pertanyaan ini sederhana, hanya minta ditunjukkan di mana makam aktivis yang dibunuh yang hari ini jangankan mayatnya, kuburan saja tidak ditemukan,” kata dia.

Benny sedikit menyindir Prabowo yang terekam memamerkan para aktivis di kubu capres nomor urut dua itu ketika menjawab pertanyaan Ganjar dalam isu penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat.

“Nah, itu sebetulnya blunder. Di satu sisi Prabowo tidak mengakui, seolah dia tidak terlibat dalam peristiwa ’98 terkait penculikan aktivis, tetapi di sisi lain dia memamerkan kawan-kawan aktivis 98 yang kini jadi pendukungnya. Ini ada apa? Ya, tidak sekadar politisasi. Itu seolah Prabowo mengetahui persis dan menjadi bagian. Patut diduga kuat menjadi pengakuan secara tidak langsung Prabowo mengetahui apa yang ditanyakan Ganjar,” kata dia.

SIMAK JUGA :  Sekjen Luruskan Rekom Rakernas DPP PKDP, Andre : PKDP akan jadi Rumah Gadang Ughang Piaman Sedunia

“Kelihatan Prabowo adalah pemimpin yang tidak punya hati yang kemudian kasus penculikan dan pembunuhan yang jenazahnya tidak pernah ditemukan, Prabowo dengan enteng dia mengatakan dengan membandingkan seperti orang yang hilang di pasar. Jadi secara keseluruhan sebetulnya terkait 98 itu sederhana. Kalau benar Prabowo pelaku, di satu sisi beliau pernah dipecat sebagai pangkostrad, ya, dia tinggal memberikan pengakuan dan minta maaf ke rakyat. Kalau dia bukan pelaku, dia tidak mungkin tidak tahu pelakunya, dia tinggal tunjuk hidung (pelakunya, red),” katanya.

Benny secara umum menilai Ganjar tampil prima dalam debat kandidat perdana capres yang dilaksanakan di kantor KPU pada Selasa (12/12) kemarin dan layak menerima nilai sepuluh.

“Saya menilai debat kemarin itu debat yang Ganjar menunjukkan kelasnya. Kalau dari sisi nilai, Ganjar dapat sepuluh, Anies dapat delapan, kalau Prabowo nilainya lima. Nilai merah,” katanya.

Benny mengatakan wajar Prabowo menerima nilai jelek karena Ketum Gerindra itu tidak banyak memberikan jawaban substansi ketika ditanyai Ganjar atau Anies dalam debat.

“Pokoknya dalam pertanyaan Anies dan Ganjar tidak pernah memberikan jawaban substansi. Harusnya dia bisa menyampaikan future Indonesia lima tahun ke depan dan substansi tentang bangsa apa yang perlu dibangun,” kata dia.

Benny menduga kurangnya Prabowo menyampaikan substansi karena eks Pangkostrad itu merasa yakin bisa menang kontestasi dengan gimik melalui gemoy.

“Ya, karena itu. Iya, karena itu, karena dia ingin melecehkan bangsa ini dan seolah bangsa ini bisa dikibulin dengan gemoy,” ujar dia. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *