Banjir Jatim Mulai Surut, BPBD: Curah Hujan Tinggi Hutan Rusak

  • Bagikan

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tinju banjir. Humas Jatim

SURABAYA, harianindonesia.id – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menginstruksikan semua Perangkat Daerah di lingkup Pemprov Jatim terlibat langsung menangani daerah terdampak banjir. Hal ini penting dilakukan untuk mempercepat pemulihan dampak yg diakibatkan banjir khususnya pd 15 daerah di Jatim.

Lima belas daerah di Jatim yang terdampak banjir tersebut yaitu Madiun, Magetan, Pacitan, Ngawi, Trenggalek, Nganjuk, Tulungagung, Kediri, Blitar, Bojonegoro, Gresik, Sidoarjo, Probolinggo, Bojonegoro dan Tuban.

Penanganan terhadap fasilitas kesehatan yg dibutuhkan didaerah bencana di 15 daerah akibat banjir menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Prov. Jatim.

Khusus untuk kebutuhan pembagian sembako pada 15 kabupaten terdampak banjir menjadi tanggung jawab BPBD, Dinas Sosial Prov. Jatim, dan Biro Kesos Setdaprov Jatim.

BPBD Jatim: Curah Hujan Tinggi Hutan Rusak

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Suban Wahyudianto menyatakan, banjir yang melanda beberapa kabupaten di jatim karena curah hujan yang tinggi di hulu sungai. Kondisi itu membuat aliran air menjadi deras dan menjebol tanggul sungai. Air kemudian meluap dan menerjang pemukiman warga.

“Hulu daerah seperti Wonogiri, Pacitan, Ponorogo dan Solo mengalami curah hujan tinggi, sebesar 150 mm dan lama. Jadi yang paling berdampak adalah memang daerah Madiun,” ujar Suban saat dikonfirmasi.

Meskipun Madiun curah hujan tidak terlalu tinggi, namun air Sungai Bengawan Madiun tidak bisa masuk ke Bengawan Solo. Begitu juga dengan Sungai Jeroan, tak dapat keluar ke Bengawan Madiun.

“Walaupun Madiun curah hujannya rendah, tapi di hulu curah hujannya tinggi sama saja. Teori nya seperti itu,” urainya.

Suban melihat selain karena curah hujan tinggi, hasil navigasi di beberapa daerah ditemukan perlunya sudetan akibat berkurangnya resapan air. Seperti di Bojonegoro, menurutnya yang ditakutkan masyarakat adalah bukit perbatasan Bojonegoro Selatan dengan Nganjuk. Di Kecamatan Temayang dahulu ada bukit lebat hutan, kini sudah gundul.

SIMAK JUGA :  Sampaikan Orasi Politik di GBK, Ganjar: Kami tidak akan Meninggalkan Rakyat

Akibatnya setiap tahun terjadi banjir bandang. Artinya diperlukan sudetan untuk antisipasi banjir bandang.

“Gubernur sudah membuat surat rekomendasi untuk memakai lahan Perhutani dibuat sudetan ke waduk pacal, sehingga kalau terjadi banjir tidak sampai kena pemukiman,” urainya.

Mitigasi non struktural untuk reboisasi, menurut Suban perlu dilakukan lebih luas lagi. Hasil kajian sejumlah pakar tentang kebencanaan juga menyebutkan hutan di daerah Batu dan Malang perlu segera di reboisasi. Banyak pohon yang ditebang menyebabkan berkurangnya resapan air. (editor)

Sumber rmol dan Humas Jatim

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *