Aktor Johny Indo Meninggal Dunia

  • Bagikan

Jakarta, Harian Indonesia ID – Dunia hiburan Indonesia kehilangan aktor lawas. Johny Indo telah meninggal dunia. Kabar tersebut juga diinformasikan melalui pesan beredar dan media sosial Twitter yang juga dibanjiri ucapan dukacita.

Melalui pesan yang beredar di awak media, Johny diinformasikan meninggal dunia pada hari ini, Minggu, 26 Januari 2020, di usia 72 tahun.

“Telah meninggal dunia, Nama: Yohanes Hibertus Eijkenbum atau Jon Indo (H. Umar Billah). Umur 72 tahun pukul 07.45 WIB,” bunyi pesan tersebut dikutip dari VIVA.co.id.

Nama Johny Indo terkenal karena berhasil membintangi lebih dari 10 judul film pada tahun 80an sampai 90an. Film-film tersebut di antaranya adalah Laura Si Tarzan (1989) dan Tembok Derita (1990). Namun dia pernah tersandung kasus perampokan toko emas di Cikini pada 1979. Atas hal tersebut Johny dipenjara hingga 14 tahun.

Johny Indo merupakan seorang mualaf yang belakangan aktif dalam kegiatan agama.

Hingga kini, jenazah masih disemayamkan di gereja tempat ia meninggal dunia, Gereja GPdI Immanuel Pdt. Stela Tiah, Tangerang. Sementara pemakamannya akan dilakukan di TPU Selapajang Jaya.

“Pemakamannya nanti di Selapajang,” kata cucu Johny Indo, Santa saat dihubungi Suara.com, Minggu (26/1/2020).

Sementara itu, untuk detail waktunya belum diketahui. Sebab, akan ada doa tersendiri selama tiga hari.

“Rencana jamnya belum tahu. Secara kristen biasanya tiga hari dulu. Ada doa sendiri,” jelas Santa.

Johny Indo diketahui sempat menjadi mualaf dan naik haji pada tahun 2002. Namun, di akhir hayatnya ia kembali pindah ke agama kristen. Momen itu terjadi seminggu sebelum dia wafat.

Johny Indo

Pada era 1970-an nama pria ini santer terdengar sebagai perampok toko emas di bilangan Cikini Jakarta. Bersama gengnya “Pachinko” (Pasukan China Kota), ia telah mengumpulkan 129 kg emas hasil rampokkannya dari tahun 1970-an sampai 1980-an awal. Pria kelahiran Garut, 06 November 1948 bernama lengkap Johanes Hubertus Eijkenboom atau lebih dikenal dengan sebutan Johny Indo.

Nama tambahan “Indo” muncul kemudian ketika ia berurusan dengan polisi. Dalam Berita Acara (BAP) pemeriksaan sebuah kasus, polisilah yang menambahkan nama itu. “Jadi sebenarnya nama Indo itu adalah anugerah dari polisi,” ujar Johny, yang memang blasteran Belanda-Pandeglang, Banten.

Aksi kriminal yang dilakukannya kerap berlangsung pada siang hari, ia bersama Geng Pachinko menggunakan senjata api, satu buah granat, dan puluhan butir peluru. Ia mengaku mendapatkan semua itu dari sisa-sisa pemberontakan RMS, PRRI atau DI TII.

Peristiwa ini mencuat menjadi headline berita di media nasional. Perbuatannya itu diganjar dengan hukuman penjara. Keluar dan masuk penjara sudah sering dirasakannya, maka dari itu tak heran jika ia tergolong sebagai penjahat kelas kakap sehingga hal itulah yang mengantarkannya ke Lapas Batu, Pulau Nusakambangan, Jawa tengah. Ia divonis hukuman penjara selama 14 tahun.

Meskipun perampokan merupakan tindakan kejahatan, namun dalam menjalankan aksinya, ia berprinsip agar tidak membunuh dan memperkosa, karena baginya hal itu adalah tindakan yang memalukan dan sangat kejam. jika ada salah satu dari anggotanya yang melakukan hal tersebut, maka ia sendiri yang akan menghukum pelakunya.

Penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat miskin menjadi salah satu motif perampokan yang dilakaukannya. “Saat itu yang menjadi target rampok saya adalah orang-orang kaya asing di Indonesia. Mereka juga banyak mengambil harta dari Indonesia, makanya saya rampokin dan uangnya saya bagi-bagikan ke masyarakat miskin,” ungkapnya dalam sebuah acara yang diselenggarakan Kementerian Sosial RI.

Perampokan yang dilancarkan Johny dan komplotannya bermula dari mencoba menembakan senjata api, karena menurutnya, saat itu seseorang sangat mudah mendapatkan senjata api. “Awalnya main-main. Ketika itu saya coba-coba menembakkan senjata dan orang ketakutan, bahkan ada orang yang meninggalkan hartanya, setelah itu menjadi keterusan,” tutur Johny mengenang.

Vonis pengadilan yang menetapkan pidana 14 tahun penjara, adalah sebuah vonis berat yang dirasakannya. Dalam 2 tahun pertama mendekam di Lapas Batu Nusakambangan, ia pun merasa rindu pada keluarganya. Baginya 14 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk bisa menahan rindu pada keluarga, karena itulah dia pernah mencoba untuk kabur dari Lapas Nusakambangan.

Bersama 12 orang napi lainnya, ia melarikan diri dari lapas, kemudian petugas keamanan pun mengejar sambil menghujami mereka dengan peluru tajam. Namun Johny dan anak buahnya berhasil lolos dari kejaran aparat dan bersembunyi di hutan.

Setelah 12 hari bersembunyi di hutan, akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan diri. Menurutnya hal yang paling menakutkan di Nusakambangan bukanlah kehidupan di lapas melainkan kehidupan di luar lapas. Banyak hewan buas seperti harimau dan macan kumbang berkeliaran bebas di hutan Nusakambangan, bertahan hidup di hutan itu merupakan hal yang tidak mudah. Selain itu medannya pun sulit ditembus dan sangat menantang.

SIMAK JUGA :  Salah Paham, Warga Sijunjung Blokir Jalinsum Arah Riau

“Ternyata, hutannya sulit ditembus, di sana daerahnya banyak jurang-jurang. Kadang, kami ketemu danau-danau kecil. Setelah lari ke hutan, kami harus menyeberangi selat”, tuturnya kepada Gomuslim

Peristiwa kaburnya Johny dari penjara Nusakambangan pada tahun 1982, ternyata menarik minat rumah produksi perfilman PT Tobali Indah Film untuk mengangkat kisahnya ke dalam sebuah film layar lebar berjudul, Johny Indo, Kisah Nyata Seorang Narapidana.

“Saya menjadi bintang utamanya atas rekomendasi Harmoko dan Menteri Kehakiman saat itu Ismail Saleh,” kata Johny Indo.

Walaupun berlatar belakang perampok, namun ia terbilang piawai dalam memerankan sebuah peran dalam film. Terbukti film yang dibintanginya tidak hanya hanya satu ada juga judul film lainnya yang ia perankan di era 1980-an, semenjak itu karirnya di industri hiburan menjadi naik.

Hidayah Datang Saat di dalam Bui

Penjara sebagai tempat mendekamnya banyak pelaku kriminal ternyata menjadi tempat untuk memperbaiki diri bagi Johny Indo. “Di Nusakambangan, kami ada kesempatan membenahi diri dan mengingat bahwa kami salah maka harus menjalani perbaikan diri,” kenangnya.

Menurut dia, kehidupan di lapas di Nusakambangan tak seseram yang dipikirkan masyarakat. Karena, petugas berusaha memberi kesempatan kepada narapidana untuk hidup normal dan memperbaiki diri.

Meskipun banyak pelaku criminal di dalam penjara, namun hal itu tidak mempertebal sifat kriminalnya, Allah memberinya hidayah di dalam dinginnya bui. Saat itu, anak bekas Tentara Belanda (KNIL) itu teringat kehidupan yang telah dijalaninya di Nusakambangan.

“Rekan-rekan yang beragama Islam di penjara itu kayaknya luntur kekerasannya. Mereka melakukan ibadah puasa dan ketika takbir mereka menangis. Itu menandakan bahwa kejahatan yang dilakukannya adalah suatu kekhilafan,” tutur Johny Indo, mengenang.

Setelah itu ia memutuskan untuk bertaubat dan mengambil Islam sebagai agama dan jalan hidupnya. Setelah menjadi muslim ia pun mengubah namanya menjadi Umar Billah, bukan tanpa alasan ia memakai nama tersebut. Sebab nama yang dipakainya itu tak terlepas dari sosok idolanya, Umar bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab memiliki masa lalu yang kelam pada masa Jahiliyah namun hidayah dapat masuk ke dalam kalbunya, karena itulah ia mengidolakan sosok Umar bin Khattab.

Saat menyampaikan ceramah di hadapan para mantan warga binaan lapas di Bengkulu, Johny menyampaikan mengenai hikmah dari keikhlasan.

Menurutnya, keikhlasanlah yang mengantarkan dirinya untuk mampu berangkat haji gratis ke Mekkah.

“Saat itu, saya melihat sampah begitu banyak di selokan kampung saya, tak ada yang mau membersihkannya. Lalu, secara inisiatif, saya bersihkan sampah yang berbau busuk dan menumpuk itu. Secara tak sengaja, lewatlah pangeran Arab keturunan Raja Fahd. Dia turun dari mobil dan aneh melihat saya bertato membersihkan sampah saat itu, pangeran Arab tersebut mengomentari tato saya dengan kata haram. Sempat terjadi perdebatan saat itu.

Namun, pasca-pertemuan itulah pangeran Arab itu menjemput saya dengan jet pribadi agar dapat berangkat haji dengan layanan super-VVIP. Itu hikmah dari kerja ikhlas, buahnya nikmat saya bisa berangkat haji”, demikian Johny mengisahkan.

Ketika menyampaikan dakwahnya di Lapas Bengkulu, ia berkata, “Pernah dipenjara itu sudah menjadi perjalanan hidup kita, dan ditentukan Tuhan. Namun, mulai ke depan, kita perbaiki hidup kita, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan seterusnya dalam upaya membangun Indonesia,” ujar Johny bersemangat, diiringi riuhnya tepuk tangan para mantan preman yang mendengarkan ceramahnya.

Sebagai mantan narapidana, Johny Indo tetap masih peduli dengan nasib para napi. Menurut dia, nasib napi bukan hanya tanggung jawab mereka sendiri tetapi juga pemerintah. Bahkan, Johny bisa menjamin 99 persen bekas napi akan kembali hidup wajar dan tak kembali ke bui bila pemerintah memberi modal atau keterampilan.

“Selama ini pemerintah hanya memberi surat izin mengemudi bagi yang berminat, tetapi itu tidak cukup, seharusnya modal usaha juga,” kata Johny Indo.

Setelah ia memeluk Agama Islam, Johny bercerai dengan Stella Isteri pertamanya. Dari istri pertamanya itu Johny dikarunia lima anak. Selama tiga tahun Johny menduda, kemudian blasteran Belanda-Banten ini hidup tenang bersama istri keduanya yang telah melahirkan dua anaknya dan memilih Sukabumi sebagai daerah tempat tinggalnya.

Muhammad Zaki

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *