Defi Adrian dari Tol si Pacin jadi Direktur Utama PT Bhirawa Steel, Produsen Baja Tulangan Beton Terkemuka di Indonesia

  • Bagikan

DEFI ADRIAN

 

JAKARTA, Harianindonesia.id-

Perjalanan kehidupan seseorang tidak bisa ditebak, sebab hal itu menjadi rahasia Allah SWT sebagai pencipta alam bersama semua makhluknya, termasuk manusia.

 

Defi Adrian ST adalah salah satu profesional di BUMN yang tidak bisa ditebak jalan hidupnya. Dikenal sebagai mantan Project Manager Pembangun Jalan Tol Padang-Sicincin, kini Defi – demikian panggilannya, telah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bhirawa Steel, anak perusahaan dari PT Hutama Karya yang memproduksi tulangan beton, termasuk untuk jalan tol.

 

Kabar Defi, 41 tahun, promosi jadi Dirut PT Bhirawa Steel beredar di Padang. Awalnya menjadi bahan berita sebuah situs lokal, Investigasinews.com. Disebutkan bahwa pria berpembawaan tenang ini sudah jadi Dirut sekarang.

 

Defi memang dekat dengan kru media di Padang. Sejak menjabat sebagai Manager Project Tol Padang Sicincin, Defi memang membuka diri kepada awak media. Alasannya juga karena salah satu staf internalnya, Karmal Putra juga seorang mantan wartawan. Jadi klop hubungan Defi dengan awak media di Padang sangat mesra.

 

Defi sendiri memandang penting peranan media. Merekalah nanti yang akan mengekspos hasil kerjanya di Tol Si Pacin.

 

Awak media di Padang sendiri memang memburu Defi juga untuk mengkonfirmasi perkembangan jalan tol. Pada saat Defi bergabung kondisi pembangunan jalan tol si Pacin boleh dikatakan jalan merangkak.

 

Masalahnya adalah, tidak terkelolanya cara pembebasan lahan dengan baik. Sehingga selama tiga tahun jalan tol yang terbangun baru beberapa ratus meter saja.

 

Nah, sebagai pimpinan proyek kelahiran Sumbar juga, Defi melakukan komunikasi intensif dengan berbagai kalangan untuk membantu Hutama Karya membebaskan lahan.

 

Sebab, jika masalah lahan tidak terselaikan maka pembangun tol akan terhambat.

 

Nah benar, pada saat Defi sudah menyelesaikan pembangunan 4,2 Km Jalan Tol Si Pacin keluar perintah penghentian pembangunan Tol hanya sampai daerah Kasang.

 

Pembebasan lahan tol di Padang memang relatif berat. Selain soal isu tanah ulayat, tanah kaum dan sebagainya, para mafia tanah juga berkeliaran kesana kemari, sehingga pembebasan lahan selalu lambat selesainya. Bahkan sampai hari ini, masih ada lahan yang belum bisa dibebaskan.

 

Padahal pembangunan jalan Tol Si Pacin jadualnya sama dengan Tol Pekanbaru-Dumai dan Pekanbaru-Padang. Ketiga ruas tol ini dilakukan pemasangan cor pertamanya oleh Presiden Jokowi pada tahun 2018.

 

 

Bekerja Profesional

 

Sebelum akhirnya ditarik PT Hutama Karta menjadi Dirut PT Birawa Steel, Defi sempat sejenak menempati posisi sebagai Kepala Departemen Perencanaan dan Design PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI). Jabatan ini masih dipegang oleh Defi sampai saat dia menjabat Dirut PT Bhirawa Steel.

 

Dengan jabatan ini Defi menerima tugas dari direksi PT HKI membuat gambar dan perencanaan Fly Over Sitinjau Lauik, Padang Sumatera Barat. Ini jalan layang paling kontroversial karena melibatkan banyak tokoh dalam perencanaan keuangannya.

 

Defi sempat tinggal beberapa bulan di Padang mengurus semua terkait perencanaan Fly Over Sitinjau Lauik. Beruntung dengan penugasan ini, Defi bisa tinggal bersama anak dan istrinya kembali di Padang. Meski Defi bertugas di Jakarta, sang istri dan anak tetap tinggal di Padang. Alam kota Padang masih relatif bagus, demikian mengemukakan alasannya.

 

Dalam satu kesempatan, Defi menjelaskan selain membuat perencanaan dan design, dia juga diberi tugas oleh Direksi PT HKI untuk mengkomunikasikan aspek hukum dan dampak lingkungan Fly Over dengan stake holder setempat, termasuk DPRD Kota Padang.

 

Jadilah kemudian Defi hampir setiap hari berkomunikasi dengan pihak DPRD Padang untuk meloloskan aspek legal pembangunan Fly Over Sitinjau Lauik.

 

Defi dalam bekerja sangat profesional, tidak mau mencampuradukan soal internal dan eksternal, tetapi kedua aspek itu dikelola dengan baik oleh Defi, sehingga dia bisa nyaman di internal dan eksternal.

Secara internal, termasuk karyawan bawahan Defi terbilang pintar memberikan motivasi, sehingga dimana saja ditempatkan selalu mendapatkan support baik dari bawahan.

“Saya pernah bekerja bersama pak Defi di Tol Si Pacin, dengan caranya saya bekerja sangat maksimal, sehingga dapat menyumbang kemajuan progres Tol Si Pacin,” tutur Karmal Putera kepada Harianindonesia.id, Senin (15/1/2024).

Support Baja Tol dan Bendungan

 

Kini, Defi dipercaya oleh Dirut PT Hutama Karya memimpin PT Bhirawa Steel, salah satu anak perusahaan PT HK yang memproduksi tulangan beton untuk mendukung pembangunan jalan tol dan Bendungan Semantok yang terletak di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur

SIMAK JUGA :  Dicky Raja : PDIP Harus Usung Kadernya dalam Pilgub NTT 2018.

 

PT Bhirawa Steel sendiri sebenarnya dibangun oleh Konsorsium PT Hutama Karya (Persero) dan PT Bahagia Bangun Nusa yang nantinya dapat mendukung ketahanan pangan dan air di Kabupaten Nganjuk dan sekitarnya.

 

Dalam pembangunannya, Baja Tulangan Beton produk PT Bhirawa Steel termasuk material yang digunakan dalam konstruksi Bendungan Semantok.

 

Sebelumnya, baja tulangan produksi PT Bhirawa Steel sudah lebih dahuluan dipakai untuk pembangunan jalan tol Pekanbaru Bangkinang. Ruas tol ini dibangun oleh PT HKi. Jalan tol ini sudah diresmikan Presiden Jokowi, 2022 lalu.

 

Dikutip dari Web Bhirawasteel.com, diketahui bahwa PT Bhirawa Steel ternyata sudah berdiri sejak tahun 1973 dan kini sangat dikenal dengan state of the art yakni fasilitas terbaru yang berfokus pada putara bergulir dan debars pada kisaran 6mm dan 33mm. Fasilitas ini mampu memberikan katahanan tarik tinggi, bar pemanjangan tinggi dengan toleransi demensi sangat tinggi.

 

Ini memberikan memberikan keuntungan pada pelanggan kami, karena untuk kebutuhan unit yang sama, mereka dapat menggunakan baja lebih kecil dengan kualitas Bhirawa. Hal ini menyebabkan penghematan biaya, peningkatan produktifitas dan kekuatan lebih baik.

 

Banyak pihak berharap putera kelahiran Pesisir Selatan Sumatera Barat ini dapat memimpin sekaligus mengembangkan PT Bhirawa Steel menjadi satu perusahaan BUMN yang berdaya saing tinggi, tidak hanya untuk penyediaan supplay baja dalam negeri, tetapi juga luar negeri.

 

Ketua The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) atau asosiasi industri besi dan baja Indonesia, Purwono Widodo mengatakan bahwa Indonesia masih mencatatkan kenaikan impor baja per-Oktober 2023 ini mencapai 17,9 juta ton atau naik sekitar 5% jika dibandingkan tahun lalu, sedangkan produksi dalam negeri berada di angka 14,4 juta ton.

 

Salah satu penyebabnya adalah tidak seimbangnya produksi di dalam negeri dan tingginya impor baja, contohnya dari China.

 

“Contoh misalnya untuk di (baja) lembaran ya, di lembaran itu kebutuhan kontrol itu setahunnya itu sekitar 2 juta ton. Kita kapasitasnya masih di bawah itu, jadi makanya perlu tambah-tambah (impor),” ungkapnya saat ditemui di acara Press Conference, IISIA Business Forum 2023, Senin (6/11).

 

Ini terlihat dari rendahnya utilisasi kapasitas produksi nasional, yang rata-rata hanya 54%, jauh dari target optimal sebesar 80%.

 

Di sisi lain, industri baja ungkapnya adalah salah satu industri yang memiliki proses cukup panjang untuk mendapatkan produk akhir.

 

“Kalau industri baja di hulu itu secara perhitungan 1 juta ton produksi bisa makan biaya hingga US$ 1 miliar. Kalau di bagian intermediate itu baja rolling kemudian di industri baja hilirnya baru hasilnya seperti seng, paku,” katanya.

 

Karena proses yang panjang inilah, banyak negara yang memiliki kapasitas produksi yang lebih tinggi dari Indonesia sehingga membidik pasar Indonesia untuk mengirim baja mereka.

 

Oleh karena itu pihak IISIA, pemerintah dan juga pelaku di industri besi dan baja harus membahas pengendalian barang impor dengan segera, agar pasar industri tidak dikuasai oleh barang-barang asing.

 

“Jadi artinya jangan sampai karena wah kita kurangnya misalnya, impornya (baja) sampai lebih 30%. Karena ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, Indonesia sebagai negara yang mempunyai industri baja, impornya itu sempat melampaui angka 50% bahkan 55%, itu aneh dan tidak umum menurut saya,” katanya.

 

Sebagai negara yang mempunyai industri baja, maksimum baja impor harusnya ada di angka 20-30% saja, tidak lebih dari itu.

 

“Impor maksimum itu 30%, kalau impor 20-30% itu biasa ah, Jepang yang negara maju begitu juga, Korea juga ada impornya,” tutupnya.

 

Untuk mendukung perkembangan industri baja dan menekan baja impor ia meminta kepada pemerintah agar menjaga investasi yang sudah dilakukan itu dari adanya transaksi yang tidak sehat atau unfair.

 

“Kalau disebut unfair trade itu biasanya dari impor yang dumping atau mengekspor produk dengan harga lebih rendah dari pasarannya,” ungkap dia.

 

Selain menjaga peraturan dari luar, IISIA juga meminta pemerintah senantiasa teliti terhadap produk-produk besi-baja yang non standar dan masih dijual bebas di pasaran.

 

“Misalnya yang panci-panci itu. Anggota kita yang lain bikinnya yang bagus itu sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia), yang lain tak SNI. Nah ini yang kita bersama-sama dengan Kementerian Perindust

rian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag),” tutupnya. (*)

 

 

 

Awaluddin Awe

 

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *