Perdana Menteri Jepang Mengundurkan Diri

  • Bagikan

SHINZO ABE

JAKARTA ‐ Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe resmi mengundurkan diri dari jabatan. Pengumuman itu disampaikan Abe dalam konferensi pers di Tokyo pada Jumat (28/8).

PM dengan jabatan paling lama menyatakan bahwa dia mundur karena alasan kesehatan.

“Meskipun masih ada satu tahun lagi dalam masa jabatan saya dan ada tantangan yang harus dihadapi, saya telah memutuskan untuk mundur sebagai perdana menteri,” kata Abe seperti dikutip dari CNN dan CNNIndonesiacom

Dia kemudian meminta maaf pada masyarakat Jepang sebab tidak bisa menyelesaikan masa jabatannya. Menurut Abe, itu adalah keputusan yang sulit.

“Saya membuat keputusan bahwa saya tidak melanjutkan pekerjaan saya sebagai perdana menteri,” kata Abe. “Saya harus melawan penyakit dan perlu dirawat.”

Spekulasi sang Perdana Menteri akan menanggalkan jabatan telah lama mencuat. Hal itu diperkuat setelah setidaknya dia melakukan dua kali kunjungan ke rumah sakit dalam rentang waktu satu pekan terakhir.

Salah satu kunjungan itu dilaporkan berlangsung selama delapan jam. Dari kunjungan itu dia diketahui mengalami peradangan kronis pada usus besarnya.

Calon Pengganti

Jika Abe resmi mengundurkan diri, jabatan yang dia emban saat ini masih akan melekat hingga diganti secara resmi. Sementara pemilihan PM baru juga akan melibatkan partai yang tengah berkuasa.

Partai berkuasa Partai Demokratik Liberal (LDP) yang mengambil peran tersebut. Nama-nama akan dikumpulkan dan setelah itu dipilih secara resmi dalam pemilihan yang cukup ketat.

Dikutip dari Japantimes dan Nippon, nama-nama suksesor saat ini mulai mencuat ke permukaan seiring kabar mundurnya Abe. Berikut enam nama-nama tersebut:

Taro Aso

Taro Aso telah menjadi anggota inti dalam pemerintahan Abe di mana dia menjadi Wakil Perdana Menteri dan Menteri Ekonomi. Dalam peraturan di Jepang, anggota parlemen LDP bisa langsung memilih Aso sebagai perdana menteri sementara.

Pada 2008 Aso diketahui pernah terpilih sebagai pemimpin LDP dan karena itu dengan menjadi PM dia dapat terus melanjutkan tren kejayaan partai yang telah lama dominan.

Aso sendiri saat ini tengah berusia 79 tahun. 10 tahun lalu dia juga sudah pernah menjabat posisi yang tengah diemban Abe kini, namun masalah resesi membuat dia dihujam banyak kritik oleh rakyat Jepang dan di kemudian hari hal itu menjadi penyebab utama dia mundur.

Shigeru Ishiba

Tokoh yang satu ini adalah mantan Menteri Pertahanan Jepang dan orang yang cukup kritis terhadap LDP.

Shigeru Ishiba sendiri dilaporkan Japantimes secara teratur menduduki puncak survei anggota parlemen yang para pemilih ingin lihat sebagai perdana menteri berikutnya, tetapi ia kurang populer di kalangan anggota parlemen partai.

Dalam catatan sejarah,Ishiba pernah mengalahkan Abe dalam pemilihan Perdana Menteri tahun 2012 pada putaran pertama, tetapi kalah di putaran kedua ketika hanya anggota parlemen Jepang (Diet) yang dapat memilih.

Lalu, dalam jajak pendapat pimpinan partai 2018, Ishiba kalah telak dari Abe.

Selama Abe memimpin Jepang, Ishiba pernah mengkritik tentang beberapa hal seperti, suku bunga Bank of Japan yang sangat rendah karena merugikan bank-bank regional dan menyerukan pengeluaran pekerjaan umum yang lebih tinggi untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang semakin meningkat.

Fumio Kishida

Fumio Kishida pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jepang di masa kepemimpinan Abe. Dia mengemban jabatan tersebut dari 2012 hingga 2017, kendati begitu diplomasi masih kerap dikuasai oleh Abe.

Anggota parlemen dari dari Prefektur Hiroshima telah secara luas dilihat sebagai penerus pilihan Abe tetapi menempati peringkat rendah dalam survei pemilih.

Meski dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, dia berasal dari partai yang kurang populer di NegeriSakura. Hal ini yang kemudian juga bisa menjadi penghalang baginya untuk menjadi orang nomor satu di Jepang.

Koizumi Shinjiro

Sejak 1960-an sampai 1980-an-selama kejayaan partai LDP hampir setiap calon yang serius untuk kepemimpinan partai adalah seorang bos politik.

Hal ini sangat wajar, sejauh tujuan yang diakui dari faksi-faksi tersebut adalah membuat pemimpinnya masing-masing terpilih untuk menduduki posisi puncak partai.

Dalam kata lain hal itu dilakukan untuk suatu hari dapat mendapat kursi Perdana Menteri.

Hari ini, bagaimanapun, salah satu kandidat yang paling sering jadi buah bibir untuk kepemimpinan partai adalah Koizumi Shinjirō yang berusia 37 tahun.

Namun dalam jajak pendapat baru-baru ini, responden menempatkan mantan Sekretaris Jenderal LDP Ishiba Shigeru sebagai penerus yang paling cocok untuk Abe sebagai perdana menteri.

Yoshihide Suga

Yoshihide Suga adalah politisi independen dan “letnan” setia sejak masa jabatan Abe yang bermasalah sebagai perdana menteri pada 2006 dan 2007. Dia juga termasuk di antara sekutu yang mendorong Abe untuk mencalonkan diri lagi untuk posisi teratas pada 2012.

Saat Abe kembali menjabat, Suga dipercaya sebagai sekretaris kabinet, bertindak sebagai juru bicara pemerintah, mengoordinasikan kebijakan dan menjaga birokrat tetap sejalan.

Taro Kono

Taro Kono adalah Menteri Pertahanan Jepang yang saat ini berusia 56 tahun. Dia memiliki reputasi sebagai kaum maverick-istilah untuk menyebut orang-orang yang memiliki sudut pandang tidak biasa.

SIMAK JUGA :  Longsor Tambang Emas di Sulut, Tiga Tewas Puluhan Warga Masih Tertimbun

Dia sendiri dididik di Universitas Georgetown dan penutur bahasa Inggris yang fasih, dia sebelumnya menjabat sebagai menteri luar negeri dan menteri untuk reformasi administrasi. 

Dia memiliki ayah yang konservatif, namun begitu jalan hidup yang dipilihnya berbeda dengan sang Ayah.

Biografi Politik Abe

Abe adalah salah satu politikus ulung Negeri Matahari Terbit. Dilansir dari situs Kantor Berita Perdana Menteri Jepang, Abe lahir pada 21 September 1954 di Tokyo, Jepang.

Dia menamatkan pendidikan di Jurusan Ilmu Politik Fakultas Hukum, Universitas Seikei pada 1977, lantas melanjutkan kuliah di jurusan politik University of Southern California, Amerika Serikat. Setelah itu dia bekerja di perusahaan Kobe Steel.

Dilansir Japan Times, pada 1982 Abe memutuskan keluar dari Kobe Steel dan menjadi asisten sang ayah, Shintaro Abe, yang didapuk menjadi menteri luar negeri.

Dia juga mengikuti jejak ayahnya bergabung dengan Partai Demokratik Liberal (LDP). Sejak itu dia bergelut dengan politik.

Abe pertama kali lolos menjadi anggota parlemen Jepang (Diet) dari wilayah konstituen Yamaguchi, sama seperti mendiang ayahnya.

Karir politiknya dengan dukungan LDP terus melesat hingga menjadi Wakil Kepala Sekretaris Kabinet pada Juli 2000. Lima tahun kemudian dia terpilih menjadi Kepala Sekretaris Kabinet.

Setahun setelahnya, Abe berhasil terpilih menjadi perdana menteri mengalahkan pesaing politiknya, Taro Aso dan Sadakazu Tanigaki. Namun, Abe harus mundur pada 2007 akibat kondisi kesehatan.

Dia lalu maju lagi pada 2012 dan menjabat sebagai perdana menteri sampai saat ini.

Sebagaimana dilansir surat kabar The New York Times, Abe yang saat ini berusia 65 tahun menjabat sebagai perdana menteri selama hampir delapan tahun. Selama masa jabatannya, Jepang menghadapi bencana alam gempa bumi, tsunami, dan bencana nuklir.

Selama masa pemerintahannya, Abe mengusulkan gagasan amandemen undang-undang dasar Jepang. Diduga hal itu dia lakukan untuk memperkuat militer Jepang akibat kondisi geopolitik di wilayah sekitarnya, seperti agresivitas Korea Utara dan China yang gencar membangun persenjataan.

Abe juga berupaya menjadi penengah pertikaian antara Amerika Serikat dan Iran. Kedua negara itu adalah sekutu Jepang.

Dengan AS, Jepang bergantung dari sisi militer. Sedangkan Iran semula adalah salah satu pemasok minyak bumi kepada Jepang, sebelum diembargo oleh AS.   

Akan tetapi, di masa pemerintahannya, hubungan Jepang dan Korea Selatan menemui ganjalan. Sebab, Jepang hendak memperhalus isi buku sejarah bangsa dengan tidak menonjolkan kekejaman pasukan mereka saat Perang Dunia II.

Sedangkan Korsel sampai saat ini menuntut tanggung jawab dan ganti rugi dari Jepang atas kekerasan militer hingga pemerkosaan yang dialami para perempuan Korsel saat PD II.

Karir politik Abe tak selalu mulus. Dua tahun lalu, Abe terjerat dugaan skandal penjualan tanah milik negara dengan diskon besar kepada operator sekolah nasionalis yang memiliki hubungan dengan istrinya.

Abe dituding menjual tanah negara seharga 10 persen dari harga pasar kepada lembaga pendidikan Moritomo Gakuen. Moritomo Gakuen merupakan operator sekolah yang dijalankan oleh teman dekat istri Abe, Akie Abe.

Kasus ini pertama kali terungkap pada 2017. Sejak terendus media, nama Akie Abe langsung dihapus dari dokumen resmi jual-beli tanah tersebut. Menteri Keuangan Taro Aso bahkan mengaku sudah mengubah sejumlah dokumen terkait penjualan kontroversial itu.

Skandal itu dinilai sebagai krisis politik terbesarnya sejak menjabat pada Desember 2012. Skandal itu juga memicu gelombang aksi unjuk rasa menuntutnya untuk mengundurkan diri.

Abe pun meminta maaf kepada masyarakat Jepang terkait kasus itu.

Meski Abe sudah meminta maaf secara terbuka soal skandal tersebut, dua pertiga warga disebut tidak mempercayai penjelasan orang nomor satu di Jepang itu.

“Masalah ini telah mengguncang kepercayaan masyarakat dalam pemerintahan,” kata Abe.

“Sebagai kepala pemerintahan, saya merasa sangat bertanggung jawab dan sangat ingin meminta maaf kepada rakyat,” imbuhnya.

Dia menjanjikan klarifikasi fakta dan pencegahan terhadap kejadian yang sama, tetapi tidak memberikan tanda untuk mengundurkan diri.

Abe membantah bahwa dia atau istrinya terlibat campur tangan dalam penjualan tanah itu, atau bahwa ia berusaha untuk mengubah dokumen yang terkait dengan kesepakatan itu.

Meski tidak memberikan tanda bahwa akan segera mengundurkan diri, kabar mundurnya Abe kembali datang dari Mantan Perdana Menteri Jepang, Junichiro Koizumi.

Kepada majalah mingguan Aera, Koizumi mengisyaratkan bahwa Abe akan mengundurkan diri saat masa reses parlemen 20 Juni 2018, setelah popularitasnya anjlok dan terus menurun.

“Situasinya semakin berbahaya. Bukankah Abe akan mengundurkan diri ketika masa sidang parlemen berakhir?” kata Koizumi dalam wawancaranya dengan Aera.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terus turun setelah Abe diduga memberi perlakukan istimewa terhadap lembaga pendidikan Kake Gakuen milik kerabat dekatnya, Kotaro Keke.

Selain itu, skandal pelecehan seksual terhadap wartawan perempuan yang diduga dilakukan oleh wakil Taro Aso, Junichi Fukuda, juga disebut memperburuk citra pemerintahan Abe.

(awe/*/berbagai sumber)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *