Moeldoko Paling Layak Dampingi Jokowi

  • Bagikan

JAKARTA – Nama jenderal purnawirawan TNI Moeldoko berkibar. Mantan panglima TNI ini disebut sangat layak mendampingi Joko Widodo dalam Polres 2019.

Sejumlah tokoh dan organisasi masyarakat mendukung Moeldoko yang kini Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu untuk jadi cawapres Jokowi. Jenderal bintang empat ini dikenal sebagai sosok yang egaliter dan dekat dengan rakyat.

Masyarakat Adat Papua memberi dukungan kepada Jenderal TNI (Purn) Moeldoko sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk diduetkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

“Deklarasi ini kami buat dengan tulus dan ikhlas. Kami yakin, kedua putra terbaik bangsa ini bisa membawa Indonesia lebih sejahtera. Selain itu, Indonesia juga bisa lebih aman dari berbagai gangguan keamanan. Entah itu gangguan terorisme maupun sikap intoleransi,” ungkap tokoh wilayah adat, Tabi Jesaya Udam, Sabtu (22/7).

Deklarasi dukungan Jokowi-Moeldoko sudah dilakukan Masyarakat Adat Papua di Grand Allison Hotel Sentani, Kabupaten Jayapura dengan didukung oleh 7 tokoh adat Papua. Mereka ini mewakili berbagai wilayah adat di Tanah Papua. Pembacaan deklarasi dilakukan tokoh wilayah adat Tabi Jesaya Udam dan juga dihadiri tokoh pemuda Papua.

Dengan memakai penutup kepala khas Papua, ketujuh tokoh ini membacakan deklarasi. Isinya secara garis besar mendukung dan mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2019-2024. Lalu, Moeldoko sebagai cawapres pendamping Jokowi.

Sebab, mereka dianggap putra terbaik bangsa. Jokowi dan Moeldoko didukung karena dinilai mampu menjaga stabilitas kemanan.

Selain kemanan, Jokowi-Moeldoko juga dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum. Ada pun ketujuh deklarator adalah Jesaya Udam (tokoh wilayah adat Tabi), Matius Sawa, Yohanes Simson Kabiay (tokoh wilayah adat Nabire), hingga Yason Arwam (tokoh wilayah adat Saireri). Ada juga Yuliana Ansaka (tokoh adat perempuan Papua), Timin Wenda, dan Martins Kasuai.

“Sosok Pak Jokowi saat ini sebagai presiden ini luar biasa. Pak Jokowi sudah membuktikan kinerjanya dengan hasil nyata. Dia juga sangat merakyat. Mampu menaikkan ekonomi kerakyatan di Papua. Figur Pak Jokowi semakin lengkap kalau didampingi Pak Moeldoko. Sebab, Pak Moeldoko ini juga merakyat,” terang Yohanes Simson.

Sepanjang kepemimpinannya, Jokowi banyak membangun infrastruktur di Papua. Menguatkan akses, Pelabuhan Laut Dalam di Papua dibangun di Sorong, Manokwari, Jayapura, dan Merauke. Infrastruktur jalan juga menghubungkan kota-kota di Papua. Trans Papua juga dihadirkan dengan panjang sekitar 4.320 kilometer. Tol ini menghubungkan Sorong, Manokwari, Wamena, Jayapura, hingga Merauke.

Khusus untuk tol Timika-Oksibil bisa tersambung pada 2018 ini. Jembatan Holtekamp juga dihadirkan di Jayapura. Diperkirakan selesai 2018, jembatan sepanjang 1.328 meter plus bentang utama 733 meter di atas Teluk Youtefa menghubungkan Jayapura dengan Distrik Muara Tami.

Jawa Tengah

Wacana duet Jokowi-Moeldoko ini mendapat dukungan dari berbagai elemen, termasuk masyarakat Jawa Tengah (Jateng). Mereka pun solid mendeklarasikan suaranya kepada Moeldoko sebagai cawapres untuk Jokowi.

“Sepakat mendukung Pak Moeldoko sebagai pendamping Pak Jokowi di Pilpres 2019 nanti. Tentu saja ini semakin membuat suara di Jawa Tengah bulat,” kata Koordinator Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang) Jateng, Nanang Setyono, melalui siaran pers, Senin (23/7/2018).

Jawa Barat

Sementara itu, Ketua Masyarakat Peduli Pangan (MAPAN) Jawa Barat, Carkaya, menyatakan bahwa Kepala KSP, Moeldoko layak untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi) sebagai cawapres dalam pilpres 2019 nanti.

“Dukungan kami untuk Pak Moeldoko sudah kami diskusikan dengan teman-teman DPP MAPAN, termasuk dengan Ketua Umum MAPAN, Wignyo Prasetyo,” tegas Carkaya dalam acara halal bihalal silaturahmi MAPAN Jawa Barat yang diselenggarakan di Indramayu, Kamis (12/7).

Saat dikonfirmasi, Ketua Umum MAPAN, Wignyo Preasetyo, menegaskan bahwa Moeldoko memang sangat layak untuk mendampingi Jokowi sebagai Cawapres.Terlebih lagi, mantan Panglima TNI itu memiliki rekam jejak dan kontribusi yang nyata dalam pembangunan.

“Infrastruktur kan kita anggap sudah, meskipun masih sedang berjalan, tapi itu akan tuntas di periode 2019-2024. Makanya MAPAN usung tagar #jokowisekalilagi. Nah periode 2019-2024, menurut kami, fokus pada pembangunan pertanian, ketahanan dan kedaulatan pangan.Nah, Pak Moeldoko paling pantas mendampingi Pak Jokowi untuk mengawal ini,” kata Wignyo dalam rilisnya yang diterima redaksi elshinta.com, Kamis (12/7).

Lebih lanjut Wignyo menegaskan, bukan hanya soal pertanian saja yang jadi ukuran, hal penting lain juga jadi ukuran.

SIMAK JUGA :  Buya Syafii Gantikan Gus Solah

“Pak Moeldoko itu loyal, efektif dan efisien. Itu ditunjukkan selama beliau pimpin KSP. Dan yang lebih penting lagi, beliau bakal diterima semua kalangan,” pungkas Wignyo.

Lulusan Terbaik

Menjadi lulusan terbaik di Akademi Militer membuka lebar tangga kesuksesan Moeldoko. Puncaknya, setelah 32 tahun bertugas di Angkatan Darat (AD), ia diangkat menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia.

Sebelum menjadi Panglima TNI, ia adalah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Itulah prestasi Moeldoko. Pria kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 adalah anak dari pasangan Moestaman dan Masfuah.

Ia anak bungsu dari 12 bersaudara. Bapaknya hanya seorang pedagang palawija dan perangkat keamanan di desa sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Dikutip dari VIVAnews, masa kecil Moeldoko pas-pasan. Orang tuanya serba kekurangan untuk membiayai anak-anaknya yang terbilang banyak. Pendapatan orang tuanya tidak menentu dan membuat hidup keluarga ini serba kekurangan.

Meski serba kekurangan, orang tuanya berharap anak-anaknya jadi orang berguna. Moeldoko kecil bisa dibilang termasuk anak yang cekatan dan pekerja keras. Dia ikut membantu ekonomi keluarga untuk menopang kebutuhan keluarganya. Dia sejak kecil sudah bekerja mengangkut batu dan pasir dari kali setiap pulang sekolah.

Moeldoko menyelesaikan sekolah SD dan SMP di Kediri sedangkan sekolah menengah atasnya di Jombang. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer (Akmil) di Magelang. Pada usia 24 tahun, ditulis dalam akun facebooknya, Moeldoko menyelesaikannya dan berhasil menjadi lulusan terbaik pada tahun 1981 dengan dianugrahi Bintang Adimakayasa.

Setelah itu, Moeldoko mengawali karier sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana. Berbagai tugas dia jalani dengan penuh semangat dan disiplin. Moeldoko juga dapat melaksanakan tugas dengan baik saat operasi Seroja Timor-Timur dan penugasan lainnya seperti ke Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada.

Karier Moeldoko bisa dibilang tidak pernah berhenti menanjak. Lulusan terbaik Akmil ini menjabat sebagai Kasdam Jaya tahun 2008, dan pada tahun 2010-2011, ia mengalami tiga kali rotasi jabatatan dan kenaikan pangkat. Mulai dari Panglima Divisi 1/Kostrad, panglima III/Siliwangi, hingga menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).

Kariernya terus meroket, dua tahun kemudian dengan cepat menduduki Wakil Kepala Staf AD hingga dipercaya sebagai Kepala Staf TNI AD (KSAD) tahun pada 22 Mei 2013.

Puncak kariernnya di militer makin cemerlang setelah menjadi KSAD. Menginjak usia 56 tahun, Moeldoko ditetapkan sebagai Panglima TNI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelum penetapan, Moledoko mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR-RI dengan jawaban yang diberikan Moeldoko membuat 9 fraksi di Komisi I menyetujui Jenderal TNI Moeldoko sebagai panglima TNI.

Di tengah kesibukannya di dunia militer, dia tidak melupakan pentingnya pendidikan. Dia terus mengasah intelektualnya di perguran tinggi hingga gelar tertinggi. Dalam usia 57 tahun, ia berhasil mendapatkan gelar doktor Ilmu Administrasi Negara di Universitas Indonesia dengan nilai sangat memuaskan.

Pensiun dari TNI bukanlah akhir kariernya. Dua tahun lepas dari tugas kemilitiran, pada 17 Januari 2018, purnawirawan jenderal bintang empat ini diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai kepala Staf Kepresidenan menggantikan Tetan Masduki. (DN)

KELUARGA

Istri : Koesni Harningsi
Anak : Randy Bimantoro
Joanina Rachma

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar Negeri Juntok 1, Kediri
SMP Negeri Papar, Kabupaten Kediri
Sekolah Menengah Pertama Pertanian (SMPP), Jombang, 1977
AKABRI, Magelang, 1981
S-3 Falkultas Administrasi Negara, Universitas Indonesia, Jakarta, 2014

KARIER

Asops Kasdam VI/Tanjung Pura
Dirbindiklat Pussenif
Komandan Rindam VI/Tanjung Pura (2005)
Komandan Korem 141/Todopuli Bone (2006)
Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi (2007)
Direktur Doktrin Kodiklat TNI AD (2008)
Kasdam Jaya (2008)
Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (2010)
Panglima Kodam XII/Tanjungpura (2010)
Panglima Kodam III/Siliwangi (2010)
Wakil Gubernur Lemhannas (2011)
Wakasad (2013)
KSAD (2013
Panglima TNI, (2013-2015)
Kepala Staf Kepresidenan (2018)

PENGHARGAAN

Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV,
Satya Lencana Seroja
Tanda jasa dari PBB
Satya Lencana Santi Dharma
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
Bintang Yudha Dharma Nararya
Bintang Kartika Eka Paksi Utama.

BEN TANUR

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *