Dukung Ganjar, Dedengkot PDIP Jateng, “Celeng” Akan Jadi Simbol Perlawanan

  • Bagikan

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Puan Maharani Ketua DPR RI. Dua kader banteng ini diunggulkan untuk Pilpres 2024 (Ist)

Semarang – Dedengkot PDI Perjuangan Kabupaten Pemalang, Bambang Mugiarto mengatakan tidak peduli disebut celeng lantaran mendukung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden 2024.

Bambang menyebut, dalam perspektif kader dan pemilih kultural (idiologis) PDIP, dia mengaku tak kan gentar hanya dengan dilabeli “celeng”. Mereka tak hirau dengan hanya disebut celeng yang menurutnya sudah terbiasa menghadapi palabelan miring serupa.

“Fokus kita cuma bagaimana nasionalism dan politik kerakyatan dijunjung. Demokrasi yang diperjuangkan untuk urusan wong cilik,” kata Bambang, pria yang belakangan lebih dikenal sebagai Ketua Umum Seknas Jokowi Jawa Tengah.

Untuk itu dia merasa tak masalah, jikapun disebut celeng lantaran menyuarakan aspirasinya dengan mendukung Ganjar menjadi calon Presiden harus dilabeli “celeng”. “Saya kira itu tetap akan menjadi jalan yang harus dipilih”.

Menurut dia, jalan yang dipilihnya ini sesungguhnya mengandung janin perilaku politik yang frustasi. Dia menegaskan, akan tiba saat dimana janin itu menjadi jabang bayi yang dengan frustasinya itu bakal medewasakan sikap perlawanan.

“Celeng adalah perlawanan,” katanya, melalui akun Facebok pribadinya, Bambang Mugiarto.

Bambang beralasan, pada kenyataanya kendali elit menjalankan mandat demokrasi tak menyisakan harapan apapun selain sekedar jarak yang kian lebar antara harapan dan kenyataan. Untuk itu, dia menyebut elit politik tengah kehilangan nalar ketika ada kader menyuarakan aspirasi politiknya disebut celeng.

Dikatakan Bambang, politik dan demokrasi akan terus mengalami perubahan. Perubahan paling esensi dalam demokratisasi menurut dia, adalah tentang kebebasan natural.

“Fakta menunjukan, rakyat sudah mual dengan demokrasi massa (terpimpin), yang hanya menguntungkan kelanggengan oligarki,” ungkapnya.

SIMAK JUGA :  Agus Harimurti Yudhoyono Terpilih jadi Ketua Umum Partai Demokrat

Maka palebelan celeng oleh elit menurutnya sebagai bentuk pembungkaman. Padahal, catatan pinggir yang sampaikannya bahwa partisipasi politik rakyat pada seleksi pemimpin nasional tahun 2014, berhasil menjadikan Jokowi yang berlatar belakang sipil dan bukan elit partai sebagai Presiden RI.

“ Maka Jokowi menjadi simbol reorientasi politik di Indonesia. Politik-demokrasi dan pemerintahan Jokowi adalah pintu gerbang dimulainya politik kerakyatan, dari oligarki elit, yang mendarah daging selama sekian abad. Jadi, ini fase dimana “Era-Jokowi” baru saja dimulai !,” tandasnya.

Seperti diketahui, sebutan celeng bagi sejumlah kader PDIP di Jawa Tengah yang mendukung Ganjar Pranowo menjadi presiden menjadi polemik dalam beberapa waku terakhir. Pasalnya, dukungan kepada Ganjar ini dianggap mendahului keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri.

Mereka berdalih, sesuai keputusan Kongres PDI Perjuangan, penentuan capres menjadi hak prerogatif Ketua Umum Megawati Soekarno Putri.

Disisi lain, bagi Kader PDIP yang menyatakan dukungannya kepada Ganjar menganggap hal itu sebagai aspirasi yang perlu disuarakan. Sebagai aspirasi, dukungan kepada Ganjar bukan merupakan pelanggaran.

“Karena keputusan terakhir tetap berada di ketua umum. Menyuarakan kandidat kan membantu ketua umum ditengah eskalasi capres yang sudah menghangat. Kalau diam, PDIP akan tertinggal,” kilah Bambang, salah satu orang yang dikenal sebagai dedengkot PDIP sejak PDI Pro Mega di Pemalang ini kepada mediakita.co. /Dwi

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *