Debat Cawapres, Mahfud Pakai Baju Adat Madura dan Ganjar Pakaian Adat Rote NTT

  • Bagikan

GANJAR-MAHFUD

JAKARTA, Harianindonesia.id – Pasangan Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud hadir pada Debat Cawapres di Jakarta Convention Center Jakarta, Jumat (22/12) malam dengan memakai baju adat.

Ganjar dilaporkan memakai baju adat Rote NTT. Sementara Mahfud MD memakai baju adat asal kampungnya sendiri, Madura.

Ganjar dan Mahfud akan didampingi Ketua TPN Arsjad Rasjid dan sejumlah petinggi TPN pada debat malam ini. Antara lain Imam Marsudi, Todung Mulya Lubis, TGB Zainul Majdi, Gatot Eddy Pramono, Duke Arie, Ario Bimo, Andi Widjajanto, Yanuar Nugroho, Luki Hermawan, Pangeran Siahaan, dan Roby Muhammad.

Mari kita cari tau dan kenali pakaian adat yang dipakai Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Kita mulai dari pakaian Adat Madura yang dipakai Mahfud MD.

Baju Adat Mahfud MD

1. Baju Pesa’an
Baju pesa’an adalah nama pakaian adat Madura untuk laki-laki, baju pesa’an kerap disebut sebagai baju tukang sate sebab model bajunya kerap digunakan oleh pedagang sate Madura.

Baju pesa’an memiliki bahan yang longgar untuk atasan dan bawahan.
Bentuk pakaian yang longgar ini memiliki makna kebebasan bagi masyarakat Madura.

Pada bagian atas berupa baju lengan panjang dengan warna hitam, dan dipadukan dengan kaos berwarna garis merah dan putih, kadang hitam dan putih yang melambangkan mental pejuang, tegas, dan pemberani.

2. Celana, Sarung dan Sabuk Katemang
Untuk bagian bawahan berupa celana panjang longgar sampai mata kaki dan berwarna hitam.
.
Celana ini sering disebut dengan gomboran, model pakaian ini terlihat simple dan nyaman Ketika digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Kemudian, dilengkapi dengan sarung yang biasanya bermotif kotak-kotak, namun saat ini sarung jarang digunakan dan lebih menggunakan sabuk berbahan kain dengan nama sabuk katemang.

3. Odheng
Biasanya pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris berupa ikat kepala yang bernama odheng, dengan dililitkan pada kepala laki-laki.
Semakin tegak odheng digunakan, maka semakin tinggi derajat kebangsawanan seseorang.

Odheng ini juga dibedakan dari bentuknya, untuk laki-laki muda biasanya akan dibiarkan terbeber, untuk sesepuh akan dibentuk seperti pilin.
Odheng memiliki makna tersendiri dari ikat kepala tersebut dan dibagi menjadi 2 macam simpul.

Untuk yang pertama adalah odheng peredhan menggunakan simpul yang tegak lurus pada bagian belakang melambangkan huruf alif yang berarti huruf awal bahasa Arab.
.
Lalu, yang kedua odheng tongkosan kota yang menggunakan simpul mati pada bagian belakang melambangkan huruf alif lam dengan arti pengakuan keesaan Allah.

SIMAK JUGA :  Cara Cek Rekening Penipuan Secara Online

4. Celurit
Tak lupa dengan senjata tradisional, biasanya pakaian adat laki-laki Madura akan dilengkapi dengan senjata tradisional, yaitu celurit.

Senjata ini akan diletakkan di bagian pinggang atau bisa juga dibawa secara langsung untuk menunjukkan keberanian dan sikap ketegasan.

5. Tropa
Lalu untuk alas kaki menggunakan sepatu yang bernama tropa, alas kaki ini memiliki bentuk yang tak jauh berbeda dengan milik perempuan, yaitu berbentuk selop dengan warna hitam untuk menyesuaikan warna celana dan atasan.

6. Aksesoris
Benda yang tak kalah penting adalah aksesoris pada pakaian adat Madura laki-laki.

Pakaian adat ini akan dilengkapi aksesoris berupa cincin gelang akar dan juga arloji rentai. Untuk arloji tantai biasanya akan dilekatkan dengan pakaian adat.

Baju Adat Ganjar Pranowo

Baju adat yang dipakai Capres Ganjar Pranowo adalah Pakaian Khas Suku Rote. Suku Rote di Nusa Tenggara Timur memiliki pakaian adat yang khas dan unik. Bahkan, pakaian Suku Rote menjadi ikon dari pakaian adat NTT. Pakaian ini menggunakan kain tenun.

Salah satu hal yang membuat pakaian adat Suku Rote unik adalah penutup kepala. Bentuk penutup kepala yang digunakan laki-laki suku Rote disebut Ti’i Langga . Bentuknya mirip topi sombrero khas Meksiko yang terbuat dari daun lontar kering.

Ciri khas dari Ti’i Langga adalah terdapat jambul yang memiliki tinggi 40 sampai 60 cm. Jambul tersebut terdiri atas 9 tingkat dan setiap tingkat terdapat 2 lekukan.

Jumlah setiap lekukan jambul adalah 18 lekukan yang melambangkan jumlah kerajaan atau nusak yang ada di pulau Rote.

Topi ini menjadi simbol kewibawaan laki-laku suku Rote.

Ti’i Langga merupakan topi tradisional khas Suku Rote NTT

Baju adat Rote untuk laki-laki biasanya adalah kemeja polos berwarna putih berlengan panjang. Baju itu dipadukan dengan kain tenun sebagai pengganti celana.

Ada pula kain yang disampirkan di bahu kanan hingga pinggang kiri dengan motif yang senada seperti bawahannya.

Jika tidak memakai kemeja polos, laki-laki bisa telanjang dada sehingga hanya menggunakan kain yang disilangkan untuk menutupi sebelah dada.

Untuk bawahannya, laki-laki suku Rote menggunakan sarung tenun berwarna gelap.

Aksesoris lainnya yakni gelang, anting, ikat pinggang atau pending dengan motif hiasan bunga atau hewan unggas. Kalung susun juga biasa digunakan yang biasa disebut habas. (*)

Awaluddin Awe, dari berbagai sumber

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *