Atalia Praratya Pasang Badan! Dukung Pendidikan Karakter Ala Militer: “Jangan Keburu Nyinyir, Lihat Dulu Hasilnya!”
Bandung – Di tengah sorotan publik terhadap pendekatan militer dalam pendidikan karakter bagi siswa bermasalah di Jawa Barat, Anggota Komisi VII DPR RI Atalia Praratya justru tampil berani. Ia mendukung penuh program kontroversial yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu. Atalia menegaskan: ini saatnya gebrakan nyata, bukan saatnya reaktif dan asal mengkritik!
“Hadirnya program pendidikan karakter ini adalah gebrakan. Kenapa kita langsung reaktif? Kenapa tidak kita uji coba dulu?” tegas Atalia saat ditemui di Bandung, Kamis (15/5/2025).
Program bertajuk Panca Waluya yang menggunakan barak militer sebagai tempat pembinaan ini memang menyita perhatian nasional. Namun Atalia tak gentar. Ia meminta semua pihak menahan diri dan memberi ruang pada inovasi yang belum tentu gagal.
“Kenapa kita tidak cari win-win solution? Kenapa tidak kita beri ruang dulu untuk Pak Gubernur? Ini kan anak-anak bermasalah, mereka butuh pendekatan berbeda. Kalau nanti gagal, baru kita evaluasi. Sekarang masih prematur untuk di-judge,” tandasnya.
Ia bahkan menantang opini-opini yang menyebut program ini melanggar hak anak. “Yang bilang pendekatan militer tidak cocok dan melanggar hak anak, ayo buktikan dulu! Jangan asal teriak tanpa data. Lihat dulu hasilnya,” ujar istri mantan Gubernur Ridwan Kamil itu dengan nada tegas.
Tak hanya itu, Atalia menyoroti pentingnya melibatkan para ahli dalam mengevaluasi keberlanjutan program. “Kita tidak bisa terburu-buru, ini soal masa depan anak bangsa. Tapi saya juga percaya pemerintah harus membuka ruang diskusi, mendengar para expert, agar langkah ke depan bisa lebih maksimal,” imbuhnya.
Sebagai informasi, program pendidikan karakter ini sudah berjalan di dua titik: Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi di Cikole, Lembang, dan Batalyon Armed Medan di Purwakarta. Total 318 siswa bermasalah sedang digembleng secara fisik dan mental dalam skema semi-militer.
Satu hal yang jelas—Atalia berdiri di garda depan membela eksperimen ini. Pertanyaannya: apakah publik siap memberi kesempatan pada cara baru mendidik anak-anak yang terlanjur dicap ‘bermasalah’? Atau justru akan tetap terjebak dalam wacana lama yang mandek dan tak solutif?
Jawabannya akan muncul… setelah suara keras digantikan oleh hasil nyata.
Penulis: Daddy Palgunadi, Aktivis Jawa barat istimewa