Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Hubungan Antara Agama dan Ekologi Bersifat Kompleks

  • Bagikan
Satrio Arismunandar

JAKARTA –  Hubungan antara agama dan ekologi atau lingkungan hidup bersifat kompleks dan punya banyak sisi (multifaset).

Hal itu dikatakan doktor filsafat dari Universitas Indonesia, Satrio Arismunandar sewaktu memperkaya diskusi tentang Agama di Era Google di Jakarta, Kamis malam, 6 Juli 2023 yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi Agama di Era Google yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pembicara dosen STF Driyarkara, Budhy Munawar Rachman. Diskusi itu dipandu oleh Anick HT.

Dalam diskusi itu, Budhy mengatakan, dalam era disrupsi pemikiran agama saat ini, makin disadari bahwa agama yang dibutuhkan adalah agama yang ramah dengan manusia dan lingkungannya, termasuk lingkungan hidup atau ekologi.

Satrio Arismunandar menyatakan, tradisi agama yang berbeda dan pengikutnya memiliki perspektif yang berbeda-beda pula tentang masalah ekologi, lingkungan, dan peran manusia dalam merawat Bumi.

Menurut Satrio, perlu dicatat bahwa hubungan antara agama dan ekologi sangat bervariasi di berbagai tradisi kepercayaan dan individu dalam tradisi tersebut.

“Beberapa komunitas agama secara aktif mengintegrasikan masalah lingkungan ke dalam keyakinan dan praktik mereka, sementara yang lain mungkin tidak memprioritaskan masalah ekologi pada tingkat yang sama,” tutur Satrio.

“Pada akhirnya, sikap kelompok atau individu agama terhadap masalah lingkungan tergantung pada interpretasi mereka terhadap ajaran agama dan konteks sosial dan budaya di mana mereka berada,” tambah Sekjen SATUPENA ini.

Satrio memperingatkan, sementara banyak tradisi agama menekankan pengelolaan lingkungan, bisa juga ada ketegangan atau konflik antara keyakinan agama dan keprihatinan ekologis.

Misalnya, penafsiran teks-teks agama tertentu mungkin mengutamakan dominasi manusia atas alam, sehingga menimbulkan sikap eksploitatif terhadap lingkungan.

SIMAK JUGA :  Kemendagri Pastikan Tatib DPRD Papua Selesai Dirampungkan

“Selain itu, industrialisasi yang pesat, konsumerisme, dan pertumbuhan penduduk terkadang berbenturan dengan ajaran agama tentang tanggung jawab lingkungan,” ungkapnya.

Menurut Satrio, memang banyak tradisi keagamaan memasukkan ajaran tentang pentingnya kepengurusan, rasa hormat, dan tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan. Ajaran ini sering menekankan keterkaitan semua makhluk hidup dan mendukung perlindungan dan pelestarian sumber daya Bumi.

Beberapa teks keagamaan juga mengandung referensi ke alam dan signifikansinya. Alam sering dilihat sebagai manifestasi dari yang ilahi atau sebagai hadiah suci.

“Dalam beberapa agama pribumi atau animistik, seluruh alam, termasuk hewan, tumbuhan, dan sungai, dijiwai dengan makna spiritual dan pantas mendapatkan penghormatan dan perlindungan,” ujar Satrio. ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *