Partai Murba Soroti Rendahnya Nilai Tukar Rupiah, Riza Siregar : Gambaran Lemahnya Bargaining Pemimpin

A.RIZA SIREGAR

JAKARTA – Partai Murba menyoroti nilai tukar rupiah yang terus dibawah mata uang asing, termasuk negara tetangga Malaysia dan Singapura. Tetapi untungnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bisa mengirim uang ke keluarganya tiap bulan karena mendapatkan gaji besar.

Ketua DPD Partai Murba Sumatera Utara Drs A. Riza Siregar MSi menilai rendahnya nilai tukar rupiah tersebut mengindikasikan rendahnya bargaining positition bangsa ini di mata negara lain.

“Sudah sejak lama faktor rendahnya nilai tukar rupiah ini mendera bangsa dan rakyat Indonesia. Akan tetapi tidak ada upaya yang sungguh sungguh untuk meningkatkan nilai tukar rupiah ini, sampai sekarang,” tegas Riza Siregar melalui sambungan telepon pribadinya kepada Wartawan di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Mantan Rektor Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan ini menyebutkan bahwa faktor rendahnya nilai tukar rupiah ini juga berpengaruh terhadap harga diri rakyat Indonesia di luar negeri, khususnya para Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Sebagai ilustrasi, kata Riza Siregar, warga Indonesia yang bermukim di Malaysia dan Singapura dipanggil Indon oleh warga disana –sebagai sesuatu panggilan yang merendahkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Meski demikian, ujarnya lagi, meskipun dijadikan komoditi ekspor oleh bangsanya sendiri, tetapi pendapatan para TKI di luar negeri masih mampu memberikan uang bulanan untuk keluarga, ibu dan bapaknya.

“Sangat berbeda dengan kondisi para pekerja dan buruh di Indonesia yang relatif tidak mampu membantu keluarganya di luar negeri secara rutin karena menerima gaji atau upah yang relatif kecil dibandingkan pekerja di luar negeri,” paparnya.

Realita yang dialami nilai tukar rupiah, sebutnya, tidak sebanding dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia. Dengan besarnya potensi SDA itu, ujarnya, sebenarnya Indonesia bisa menghidupi bangsa dan rakyatnya tanpa dukungan negara lain.

“Amat berbeda dengan negara Singapura yang bergantung hidupnya dengan negara lain, tetapi nilai tukar uangnya jauh lebih tinggi dibandingkan nilai tukar rupiah,” ujarnya.

Tidak sinkronnya antara sumberdaya alam dengan nilai tukar rupiah itu, menurut Riza, karena ketidakmampuan pemimpin bangsa ini menjadikan SDA yang dimiliki sebagai alat bargaining untuk meningkatkan harga diri dengan bangsa lain.

SIMAK JUGA :  Putra Sulung Amien Rais Ditabrak Truk

“Kita hanya punya satu pemimpin yang bisa menaikan harga diri bangsa ini di mata bangsa lain yakni Soekarno, dimana beliau berhasil menyatukan negara non blok di Indonesia. Dan itu benar benar dihargai, bukan pura pura dihargai” paparnya lebih lanjut.

Visi Tan Malaka

Dalam kaitan membangun harga diri bangsa dan meningkatkan daya saing Indonesia di mata negara lain, A Riza Siregar, bangsa ini perlu menerapkan visi kemerdekaan yang dianut Tan Malaka.

Salah satu prinsip dan menjadi ajaran Tan Malaka adalah menjadikan negara Indonesia sebagai pusat kesejahteraan bangsa rakyatnya sendiri. Prinsip dasar Tan Malaka itu disebut dengan Merdeka 100 Persen.

“Dengan mengamalkan prinsip dan ajaran Tan Malaka, Indonesia akan memiliki identitas bangsa yang jelas yakni berpihak secara total untuk rakyatnya sendiri, bukan seperti sekarang, serba tidak jelas bentuk bangsa ini seperti apa,” tukasnya.

Partai Murba sendiri, tutur Riza pula, sebagai partai yang didirikan Tan Malaka akan berupaya secara maksimal membangun komunikasi ajaran partainya dengan elit pemimpin dan rakyat Indonesia supaya mereka paham tentang ajaran Tan Malaka.

“Dengan demikian, jika nanti Partai Murba masuk dalam bagian partai yang ikut membangun bangsa ini, maka tidak akan sulit bagi Partai Murba mewariskan ajaran dan visi Merdeka 100 Persen Tan Malaka,” ucapnya.

Namun Riza Siregar mengakui bahwa tidak gampang untuk memperkenalkan ajaran Tan Malaka. Namun jika Partai Murba berhasil menjalankan prinsip dasar dari ajaran Tan Malaka itu, maka dia optimis visi dan ajaran Tan Malaka bisa dijadikan dasar dan bangun bangsa Indonesia ke depannya.

“Supaya kesan tidak jelas bangsa ini bisa dihapuskan, dan untuk kemudian tumbuh dengan prinsip perjuangan yang jelas, sekaligus mengangkat derajat bangsa Indonesia lebih tinggi lagi di mata asing,” pungkasnya mengakhiri. (*)

Awaluddin Awe