‘Anak Sangka’ itu, jadi Kepala BP BUMN : Transformasi Dimulai Dony Oskaria

DONY Oskaria dilantik jadi Kepala BP BUMN oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Rabu (8/10) bersama pejabat negara lainnya. (Foto : kredit)

JAKARTA – Akhirnya, ‘anak Sangka’ (Batusangkar,red) bernama Dony Oskaria ini menjadi menteri juga, meski dengan sebutan Kepala Badan Pengelola BUMN. Jabatan Kepala BP BUMN adalah jabatan setingkat menteri.

Dony Oskaria awalnya diangkat sebagai Pelaksana tugas Menteri BUMN menggantikan Erick Thohir yang digeser Presiden Prabowo menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora).

Dony sebelumnya juga sudah menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN dibawah kepemimpinan Erick Thohir. Tetapi sejak Rabu (8/10/2025) Dony resmi menjabat sebagai Kepala BP BUMN.

Presiden Prabowo Subianto melantik Dony Oskaria sebagai Kepala Badan Pengaturan Badan Usaha Milik Negara (BP BUMN) di Istana Negara Rabu (8/10). Dalam jabatan ini Dony Oskaria didampingi dua wakil kepala, yakni Aminuddin Ma’ruf dan Tedi Bharata.

Penunjukan Dony Oskaria sebagai Kepala BP BUMN menunjukan kepercayaan dan keyakinan pemerintah terhadap kemampuan putera terbaik Sumbar ini dalam mendorong dan mengembangkan landscap BUMN yang baru.

Kinerja Dony Oskaria sebagai orang managemen organisasi dan bisnis sudah terlihat sejak dia bekerja di perusahaan pengusaha nasional Chairul Tanjung.

Dia disebut kalangan Pers sebagai anak emasnya Chairul Tanjung karena berhasil mendorong dan mengembangkan bisnis dan anak perusahaan grup holding dibawah kendali Chairul Tanjung.

Setelah sukses, Dony dititipkan Chairul Tanjung menjadi orang pemerintah dengan menjabat sebagai Direktur Utama Injourney, sebuah holding BUMN yang membawahi pengelolaan bandara, perhotelan dan kawasan wisata serta wisata atraksi seperti Sirkuit Internasional Mandalika yang digunakan untuk ajang balap motor kelas dunia, seperti MotoGP. Sirkuit ini memiliki panjang lintasan 4,31 km dengan 17 tikungan dan dapat menampung sekitar 195.700 penonton.

Selain itu, Dony melalui Injourney juga melahirkan Event Boats Toba yakni acara balap perahu cepat kelas dunia yang diselenggarakan di Danau Toba, Sumatera Utara. Acara ini menampilkan dua kejuaraan internasional, yaitu F1H2O Powerboat World Championship dan Aquabike World Championship.

F1H2O Powerboat World Championship merupakan seri balap perahu cepat kelas dunia yang mempertandingkan perahu dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.

Acara ini telah diselenggarakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan menjadi salah satu ajang balap perahu cepat paling bergengsi di dunia.

Kedua, Aquabike World Championship merupakan kejuaraan dunia jet ski yang mempertandingkan atlet-atlet terbaik dari seluruh dunia.

Acara ini menampilkan balap jet ski dengan kecepatan tinggi dan aksi yang mendebarkan.

Ketiga, Lake Toba International Event 2025. Acara ini diselenggarakan pada 22-23 Agustus 2025 di Danau Toba, Sumatera Utara.

Selain balap perahu cepat dan jet ski, acara ini juga menampilkan budaya lokal, makanan khas, dan kegiatan wisata lainnya.

Danau Toba dipilih sebagai lokasi acara karena keindahan alamnya yang memukau dan infrastruktur yang memadai.

Landscap BUMN Nasional

Meskipun nomenclatur BUMN saat ini tidak dibawah pengawasan langsung dari BP BUMN, atau berubah dibawah kendali BPI Danantara, namun dapat dipastikan fungsi BP BUMN akan dominan dalam menciptakan profil BUMN yang inovatif dan profitable.

Visi Presiden Prabowo tentang bentuk dan profil BUMN ke depan adalah terlepas dari sosok direksi dan komisaris yang berlagak raja, dimana hampir semua bentuk kemewahan dan wara wiri menempel pada sosok direksi dan komisaris BUMN.

“Masak ada BUMN. Rapatnya sekali dalam satu bulan tetapi menerima tantiem 40 miliar satu tahun. Hebat benar, sementara rakyat saja masih susah,” ucap Praobowo dalam satu kesempatan yang menegaskan prinsip dan pandangan Prabowo tentang pengelolaan BUMN saat ini.

Pemerintah seperti menggambarkan sikap dari Presiden Prabowo itu bahwa mereka membutuhkan model BUMN dan sistim pengelolaan manajemen yang menghasilkan pendapatan bagi negara, tetapi penghasilan itu tidak untuk dihambur hamburkan di lapangan golf oleh pengelolanya.

Sebagai seorang arsitektur lembaga bisnis negara, makan tangan Dony Oskaria memang sedang ditunggu. Akan seperti apa nanti bentuk dan design bisnis yang dirancang untuk BUMN. Tetapi dapat dipastikan landscap BUMN yang dirancang Dony Oskarian akan memenuhi harapan negara dan memberikan sumbangan nyata terhadap pendapatan negara.

SIMAK JUGA :  Jaksa: Irjen Napoleon Bonaparte Minta Naik Rp 7 Miliar, Untuk Apa?

Dengan posisi sebagai Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara akan memudahkan langkah Dony Oskaria dalam merilis profil landscap BUMN nasional ke depannya. Sebab dengan satu tangannya di BP BUMN dan satunya lagi di BPI Danantara memudahkan Dony melakukan tranformasi landscap BUMN baru kepada jajaran direksi BUMN.

Publik akan menunggu seperti apa bentuk dan profil BUMN yang akan dibangun oleh Dony Oskaria ke depannya. Tapi satu hal sudah dapat dipastikan perubahan bentuk BUMN itu tidak saja dalam bussines modelnya tetapi juga dalam bentuk tongkrongan kantor dan isi kantornya.

Sebab Dony Oskaria yang berpenampilan dandy ini memang relatif suka dengan suasana kantor yang fully arsitektur, sepertinya ingin menggambarkan konsep : bekerja di ruangan segar bisa menelurkan pikiran pikiran besar dan segar juga.

Paradoks BUMN

BUMN Indonesia sebelum ini adalah sebuah paradoks. Mendapatkan kesempatan pertama melaksanakan tugas pelayanan dan pembangunan nasional, tetapi selektif membangun relasi dengan pihak swasta, apalagi swasta daerah, termasuk kepada koperasi.

Ada yang bilang. Bisnis dikelola BUMN terlalu tinggi, bisnis langitan, tidak terkerjakan oleh swasta dan koperasi. Jadilah kemudian BUMN itu seperti raksasa besar yang memakan proyek sampai ke itil itilnya. Bagian itil itil ini dimakan oleh para anak, cucu bahkan cicit BUMN.

Swasta yang terlanjur bersenggama dengan BUMN sering sesak angok. Pekerjaan diberikan tetapi pembayaran ditunda tunda dengan berbagai dalih. Ribuan, bahkan perusahaan swasta tiarap karena terjerat kredit macet, karena pembayaran proyeknya mandek, macet. Ada juga yang kemudian bunuh diri. Tak kuasa menahan tekanan kejiwaan.

Dari sisi ini para pimpinan BUMN adalah penjahat. Tega membunuh mitranya sendiri. Dengan berbagai dalih.

Sudah seperti itu. Gaya direksi dan komisarisnya songong songong. Trips bisnis ke luar negeri tetapi hasil nol kosong melompong. Dengan gaji dan tantiem begitu besar. Para Direksi dan komusaris adalah orang yang tak tersentuh.

Tapi di era Presiden Prabowo Subianto, dinasti pimpinan BUMN disikat habis. Prabowo pantas kecewa, dari ratusan BUMN hanya puluhan saja yang menitipkan laba kepada pemerintah. Prabowo sudah tau ada praktik membuat rugi BUMN dengan laporan keuangan dispilit. Tapi direksi dan komisarisnya tetap tinggi. Deviden juga mereka terima.

Padahal, BUMN itu duduk saja sudah untung apalagi sampak berlari, kencang lagi. Pastilah untung besar. Tapi neraca keuangan BUMN kita tetap rugi disebagian besarnya.

Transformasi Bisnis Untung

Kini, dipundak Dony Oskaria, tertumpang beban berat. Bagaimana membangun BUMN yang ramah rakyat, ramah untung dan ramah kesederhanaan elitnya.

BUMN masa depan adalah penopang pertumbuhan ekonomi nasional dengan melibatkan partisipasi swasta dan koperasi secara nyata. BUMN boleh menjalankan visi pembangunan bangsa secara langsung tetapi tidak boleh meninggalkan swasta dan koperasi. Sebab ketiga pelaku ekonomi adalah cerminan UUD 45 pasal 33.

Secepat apapun perubahan pola bisnis dunia tetapi transformasi BUMN harus tetap membawa kesejahteraan bagi pelaku usaha dan koperasinya. Jangan ditanya dimana sharing koperasi. Mereka bisa mengurus hal hil kecil yang tidak bisa dikerjakan BUMN dan swasta.

Transformasi BUMN harus membawa Indonesia ke arah pemerataan pendapatan. Piramid ekonomi hanya membuat yang kaya makin kaya. Kita ingin ekonomi tumbuh dan rakyatnya sejahtera.

Seperti yang berkali kali disampaikan Presiden Prabowo Subianto di depan para elit Indonesia bahwa di era pemerintahannya jangan ada lagi rakyat yang miskin. Semangat ini harus tercermin dari polarisasi bisnis BUMN : berbagi dengan swasta dan koperasi.

Itu baru Indonesiaku. (*)

Awaluddin Awe
Wartawan Senior