Silek Tuo Tradisi Budaya yang Mulai Hilang di Ranah Minang, Supardi: Mari Kita Bangkitkan Lagi

  • Bagikan

PAYAKUMBUH – Silek (Silat red) adalah seni beladiri yang sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu khususnya di Ranah Minang dan telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya. Sebagai seni bela diri, gerakan Silek terdiri dari kombinasi antara pukulan, tendangan dan pengetahuan tentang bagian terlemah pada tubuh manusia. Silek tradisi ini sudah mulai hilang sejak beberapa tahun terakhir, bahkan nyaris kalah oleh silat – silat prestasi.

Untuk mengantisipasi hal itu Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi yang juga merupakan Ketua IPSI, mengandeng Pemprov Sumbar menggelar beberapa kegiatan guna melestarikan warisan budaya ini. Supardi berharap agar silek kembali menjadi pembentuk karakter bagi masyarakat Minang. Hal tersebut menurutnya penting karena Silek tradisi identik dengan Agama dan Surau.

“Filosofi Silek Tradisi adalah membangun generasi muda dengan bekal agama dan pembelajaran kembali ke Surau, sesuai dengan Adat basandi syarak, syarat basandi Kitabullah,” ujar Supardi kepada media, di Payakumbuh, Jumat malam (3/6)

Ketua DPRD Sumbar itu mengalokasikan dana aspirasinya bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menggelar Musyawarah Tuo Silek pada 4 sampai 6 Juni 2022 di Kota Randang, Payakumbuh.

Kegiatan itu berpusat di tiga titik, kegiatan pada hari pertama memfasilitasi 60 tuo silek yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Barat bakal bertemu untuk bermusyawarah. Pertemuan yang ini akan digelar di Kampuang Adat Balai Kaliki, Kanagarian Koto Godang, Payakumbuh.

Kemudian pada hari berikutnya digelar di Agam Jua Art and Culture Cafe, serta pada hari terakhir ada festival kuliner tradisional di Medan Nan Bapaneh Ngalau Indah.

“Salah satu tujuan musyawarah ini ialah merumuskan strategi untuk meletakkan kembali silek sebagai the way of life, sebagai pandangan hidup bagi masyarakat minang di ranah dan di rantau, khususnya kaum muda,” kata Supardi.

Supardi juga mengaku adanya kegalauan dari hasil PON mengecewakan, Sumbar tidak bisa peringkat 10 besar, bahkan di pencak silat kalah, sementara Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi telah menyatakan kalau asal usul atau asbabun nuzul silek berada di ranah Minang.

“Silek ini kebanggaan kita, orang luar negeri saja belajar di ranah minang. Tentu kita akan terus mendorong perguruan silek berkembang, apakah dari orang yang berguru datang ke ranah Minang atau orang Minang yang pergi merantau. Kita sangat menyayangkan, silek kini tertinggal, orang Sumbar (Minang) tak lagi bangga dengan silek, senang dengan produk luar negeri, silek tinggal di belakang,” ulas Ketua IPSI Sumbar itu.

Sementara itu, salah satu fasilitator musyawarah, Zuari Abdullah menyebutkan saat ini silek sebagai pandangangan hidup makin terlupakan. Silek saat ini lebih dimaknai sebagai ilmu beladiri atau cabang olahraga semata. Padahal, lanjut sosok yang kerap disapa Buya Zuari ini, silek tidak hanya sebatas itu. Lebih dari itu, silek mencakup wilayah kehidupan yang lebih luas.

SIMAK JUGA :  Kapolda Banten: Jadilah Polisi Pelayanan Terbaik Masyarakat

“Silek merupakan pandangan hidup yang sifatnya luas. Nilai-nilai filosofis serta konsep yang terkandung dalam silek, bisa dipakai dalam banyak bidang kehidupan. Mulai pertanian, kesehatan, ekonomi, sampai politik” tambahnya.

Buya Zuari menambahkan bahwa silek mengajarkan soal-soal seperti siasat politik, tata cara niaga, strategi diplomasi, dan bentuk-bentuk hubungan sosial lainnya. Selain itu, silek juga mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Menurutnya, ajaran-ajaran tersebut telah dibentuk dan dikembangkan rupa oleh para leluhur jauh di masa lalu.

“Silek merupakan bagian dari sistem pendidikan klasik Minangkabau, yang sudah ada sebelum masuknya pendidikan model barat,” tambah peneliti dan praktisi silek yang telah menulis beberapa buku soal silek tradisi.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa silek merupakan sehimpun sistem pengetahuan, filsafat dalam bentuk gerak langkah yang sifatnya kongkret. Silek merupakan pedadogi klasik yang satu paket dengan surau. Di surau anak sasian (murid) dididik secara materi, di surau meraka mempelajari kaji. Sedang di sasaran, termasuk dalam sasaran dalam arti yang luas yaitu kehidupan, para anak sasian mengamalkan kajian yang diperolehnya di surau.

Namun menurutnya nilai-nilai yang ada dalam silek semakin dilupakan dan ditinggalkan. Silek sudah seperti sebuah barang kuno, inti ajaran silek semakin terabaikan, yang diambil hanya bentuk luarnya sebagai ilmu beladiri. Padahal, ia kembali menekankan, silek adalah identias kultural orang Minang, the way of life orang Minang.

Karena itu, ia melihat perlunya musyawarah untuk merumuskan strategi serta pola-pola pengembangan yang tepat agar silek bisa bertahan dalam ekosistem budaya yang dinamis, relevan dengan dunia kaum muda, serta memberikan kontribusi pada kehidupan bersama dalam berbagai bentuk. Musyawarah penting untuk menjemput kembali nilai-nilai yang telah ditinggalkan, untuk mengumpulkan segala yang terlah terserak oleh laju jaman. Semua perlu dilakukan sesegera mungkin agar silek kembali menjadi the way of life-nya orang Minang.

Di sisi lain, Heru Joni Putra yang juga fasilitator Musyawarah Tuo Silek mengatakan, dalam Musyawarah Tuo Silek nanti, akan dirumuskan juga beberapa program untuk mendukung upaya menduniakan Silek.

“Di sana akan dirembukkan cara agar pengetahuan mengenai silek dapat dikemas dalam berbagai bentuk, seperti koreografi, film, seni pertunjukan, serta publikasi ilmiah lintas disiplin. Lewat medium-medium tersebut, silek akan dipromosikan ke khalayak luas,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Taman Budaya Hendri Fauzan yang diwawancara media bersama Kasi Pameran dan Perunjukan Sexri Budiman, dan Kadisparpora Kota Payakumbuh Desmon Corina menyampaikan setelah Musyawarah Tuo Silek, Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat juga akan menggelar Galanggang Silek Tradiasi di Agama Jua Caffe, Payakumbuh, pada 11-13 Juni 2022.

“Iven ini akan diisi oleh beberapa sasaran Silek Tradisi dengan aliran masing-masing, serta berbagai seni pertunjukan yang berhubungan dengan Silek,” pungkasnya. (tt)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *