Diskusi SATUPENA, Didin S Damanhuri: Nusantaranomics adalah Ekonomi Lokal yang Memiliki Resiliensi Tanpa Bantuan Pusat

  • Bagikan
Didin S Damanhuri

JAKARTA – Nusantaranomics adalah ekonomi lokal yang memiliki resiliensi (ketahanan) dan keberlanjutan, tanpa mengandalkan bantuan keuangan dari pemerintah pusat.

Hal Itu dikatakan Prof. Didin S Damanhuri, Guru Besar Ekonomi Politik IPB.

Didin S Damanhuri menyatakan hal itu sebagai narasumber dalam webinar bertema Nusantaranomics untuk Keadilan di Jakarta, Kamis malam, 13 April 2023.

Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi yang menghadirkan Didin S Damanhuri itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.

Didin menyatakan, Nusantaranomics adalah sebuah gagasan yang menemukan atau merumuskan kembali apa yang sudah berjalan, bukan sebuah teori besar baru seperti katakanlah temuan Adam Smith.

Latar belakangnya, Didin membimbing sekitar 18 disertasi yang judulnya local economy sekitar sepuluh tahun lalu. “Disertasi-disertasi ini mewakili berbagai daerah, seperti Jawa Barat, Sumatra Barat, Bengkulu, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain,” ujarnya.

Teori dasar Nusantaranomics adalah sosiologi ekonomi. Ini ekonomi politik yang merupakan studi trans-disiplin, ada ideologi, politik, dan lain-lain.

“Dari temuan-temuan mereka yang sudah diuji dalam ujian terbuka, ditemukan beberapa ciri dari ekonomi lokal, yang dianggap sebagai sebuah temuan, bahkan ada unsur novelty (kebaruan),” tutur Didin.

Menurut Didin, salah satu ciri Nusantaranomics adalah memiliki resiliensi di antara para pelakunya. Misalnya, industri bordir di Tasikmalaya yang melibatkan ribuan pekerja.

Produknya ada di pasar Tanah Abang. Pembelinya dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan diekspor juga. Itu didasarkan pada nilai-nilai lokal yang diyakini dan diamalkan sebagai bagian dari kegiatan ekonomi mereka.

“Kenapa ekonomi lokal ini sangat otentik, karena insentif itu bukan cuma memaksimalkan profit, tetapi insentifnya melampaui ekonomi mainstream,” lanjut Didin.

Misalnya, mereka yang berprestasi, anak-anaknya diberi bea siswa. Mereka yang menunjukkan kesetiaan pada kerjanya diberangkatkan naik haji, tanpa memandang ini sebagai cost.

SIMAK JUGA :  SATUPENA Hadirkan Budhy Munawar Rachman dalam Diskusi Moderasi Beragama di Kalangan Milenial

Didin memandang, ini semacam ekonomi kekeluargaan yang konkret dan menguntungkan, bukan cuma secara manfaat ekonomi material, tetapi juga sosial bahkan spiritual. Mereka memelihara kelangsungan kegiatan ekonomi ini dengan norma-norma keberlanjutan.

Contoh lain, adalah ekonomi berbasis rotan di Cirebon yang omzetnya sudah triliunan, dan produknya diekspor ke Timur Tengah.

“Ada juga kegiatan ekonomi tambak di Delta Mahakam, Kalimantan Utara. Itu tradisi Bugis seberang lautan, yang mendasarkan pada nilai-nilai etnik dan agama,” tutur Didin. ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *