Jember Fashion Carnaval Kembali Digelar

  • Bagikan

Jakarta, harianindonesia.id – Ajang Karnaval terbaik ketiga dunia, Jember Fashion Carnaval (JFC) 2019, segera digelar kembali pada 31 Juli – 4 Agustus 2019 dengan tema Tribal Grandeur dan akan melibatkan lebih dari 6.000 peserta karnaval.

JFC 2019 diluncurkan penyelenggaraannya oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Presiden JFC Dynand Fariz dan Wakil Bupati Jember A. Muqit Arief, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa malam (26/2).

Presiden JFC Dynand Fariz menyampaikan terima kasih atas dukungan Pemerintah untuk menjadikan JFC sebagai pionir karnaval modern di Indonesia.

“Kreativitas JFC semakin layak dijadikan magnet untuk mendatangkan wisman, tetapi dari ‘commercial value’ atau ‘financial value’ masih belum digarap optimal karena belum bisa dikapitalisasi dengan baik,” ujarnya.

Namun ia tetap menyambut baik ditetapkannya Jember sebagai Kota Karnaval berkelas dunia. Sementara itu, Menpar Arief Yahya mengatakan penyelengaraan JFC sangat menginspirasi banyak karnaval di Tanah Air.

Ia berharap penyelenggaraan JFC yang telah memiliki sederet penghargaan itu dapat dijadikan tolak ukur untuk pelaksanaan event-event serupa yang ada di Indonesia.

Terlebih setelah karnaval yang dirintis di Kabupaten Jember, Jawa Timur itu menduduki peringkat pertama sebagai karnaval terbaik di Asia dan karnaval terbaik ke-3 di dunia setelah Rio de Janeiro Carnival di Brazil dan Pasadena Flower Carnival di Los Angeles, Amerika Serikat.

“JFC sudah tiga kali berturut-turut masuk dalam Top 10 dari 100 Calender of Event (CoE) Nasional. Semua yang bagus-bagus ada di JFC. Saya harap JFC bisa jadi standar penyelenggaran event di Indonesia,” kata Menpar Arief Yahya.

Untuk memiliki standar penyelengaraan yang tinggi, Menpar Arief menetapkan setiap CoE harus memenuhi kriteria 5C (Creative Value, Commercial Value, Communication Value, CEO Commitment, Consistency).

Dari sisi creative value, lanjut Menpar Arief, setiap event harus memiliki fesyen, musik, dan koreografi yang bagus. Untuk commercial value sendiri, setiap kegiatan harus memiliki dampak langsung bagi masyarakat dengan kata lain menyejahterakan.

SIMAK JUGA :  Pemkab Bartim Melaksanakan Upacara Kemerdekaan Republik Indondesia Ke-78 dengan Penuh Khidmat

Selanjutnya adalah communication value yang juga dianggap sangat penting, karena promosinya menjadi indikator kesuksesan suatu event. Caranya dengan menganggarkan biaya untuk produksi sebesar 50 persen dan 50 persen lainnya untuk promosi, dan yang paling penting promosi pre-event.

Berikutnya adalah “cameragenic” karena hal itu berkaitan dengan media value, apalagi karena pos wisata inbound di Indonesia khususnya sebanyak 50 persen di antaranya adalah milenial. Caranya kata Menpar dengan menyediakan spot foto terbaik saat event berlangsung.

“Selain itu pemanfaatan panggung yang sangat baik. Contoh saat Asian Games panggung seluas 80 x 100 meter, di atas panggung itu, jangan hanya atraksi penari saja. Tapi juga harus diimbangi dengan formasi yang bagus sehingga bagus saat dilihat dari kamera,” katanya.

Sementara itu, untuk ‘C’ selanjutnya, kata Menpar, yaitu CEO commitment atau komitmen kepala daerah. Dan terakhir adalah Consistency, ada atau tidak adanya pimpinan, event tersebut harus tetap berjalan karena sudah dipromosikan sejak awal.

“Bila pemimpinnya memiliki komitmen maka indeks kebahagiaan dan pendapatan kota tersebut tinggi. Semua event harus konsisten menggunakan standar ini,” kata Menpar.

Wakil Bupati Jember A. Muqit Arief juga mengapresiasi JFC yang mampu menyaingi karnaval internasional di Rio de Janeiro, Brazil dan Pasadena, AS.

Ia mengaku kewalahan dengan membludaknya turis setiap kali JFC diselenggarakan. Tidak hanya rumah warga dijadikan homestay, bahkan kabupaten lain juga ikut menampung tamu-tamu JFC.

“Saya berterimakasih kepada Menpar yang telah memfasilitasi event JFC dan mendorong sektor pariwisata Jember,” ujarnya. (*/Wisja)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *