Irianto Bertekad Entaskan Masalah Sosial Masyarakat Di Perbatasan Dan Pedalaman Kaltara

  • Bagikan

TANJUNG SELOR, harianindonesia.id ~ Gubernur Kalimantan Utara DR. H. Irianto Lambrie menegaskan, tidak ingin memutuskan sendiri terkait dengan gagasannya, untuk membeli pesawat N-219 ‘Nurtanio’ yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi. Sebagai mitra pemerintahan, tambah Irianto, pihaknya akan mendiskusikan rencana ini dengan DPRD. Bahkan, ia akan mengkonsultasikan gagasan tersebut dengan Mendagri, Tjahjo Kumolo.

“Dari diskusi saya dengan Dirut (Direktur Utama) PT. DI, Bapak Elfien Goentoro, sebelum memastikan pemesanan, kita akan pelajari dulu, termasuk nanti juga ditinjau pabriknya, bersama DPRD Kaltara”, tulis Irianto melalui akun facebooknya, Minggu (12/11/2017).

Dikatakan, jika mitra pemerintah memberikan respons positif atas gagasannya ini, ia (Irianto, red) mengestimasikan pada 2018 sudah dicantumkan dana pembelian N-219 pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kaltara.

“Setelah kita diskusikan dengan DPRD, lalu diajak ke pabrik pesawatnya PT DI, secepatnya akan kita anggarkan di 2018.
Paling tidak, pembayarannya tak sekaligus, bisa dicicil. Pada 2018 separuh (Rp 40 miliar), tahun depannya (2019) separuh lagi. Minimal dapat 1 unit pesawat itu, target kita”, tandas Gubernur pilihan rakyat ini dengan penuh optimisme.

Lebih jauh mantan Sekdaprov Kaltim ini menjelaskan, kenapa pihaknya memiliki gagasan untuk membeli pesawat N-219, tidak lain untuk memberikan layanan transportasi murah dan layak bagi masyarakat perbatasan. Di samping itu, penggunaan pesawat berstatus aset pemerintah ini, juga akan mengurangi beban anggaran daerah yang selama ini digunakan sebagai Subsidi Ongkos Angkut (SOA) orang dan barang.

“Juga menjaga kontinuitas arus transportasi orang dan barang di wilayah perbatasan dan pedalaman.
Yang pasti, jika Kaltara benar-benar membeli pesawat N-219 ini, banyak keunggulan yang diperoleh. Baik dari sisi finansial, teknis maupun operasional”, paparnya.

SIMAK JUGA :  Gempa 5,6 SR Landa Ternate Tidak Potensi Tsunami

Menurutnya, dengan harga sekitar Rp 80 miliar, pesawat buatan PT DI – Lapan ini, terbilang murah dari pesawat sekelasnya. Keunggulan lainnya, memiliki efektivitas lama terbang sekitar 2 jam. Dan biaya operasional penerbangannya, juga tergolong murah. Yaitu Rp. 7 juta per jam, diluar biaya pilot dan kru.
Kalau disatukan, biaya operasional pesawat, gaji pilot dan kru, biaya operasional total sekitar Rp 30 juta per jam. Dibandingkan dengan biaya carter pesawat ke wilayah perbatasan Kaltara yang, mencapai Rp 60 juta per jam.

“Tentu lebih efisien.
Dan yang lebih penting lagi, tanpa mengabaikan sisi bisnisnya, pembelian N-219 semata-mata untuk kepentingan percepatan pembangunan transportasi dan pengentasan masalah sosial masyarakat di perbatasan dan pedalaman Kaltara”, tandas orang nomor satu di Kaltara ini. (Agus Tomadio).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *