HARIANINDONESIA.ID – Ketika Indonesia kian maju, dilema karier yang dihadapi perempuan juga semakin intens.
Demikian Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar, Jumat, 8 Maret 2024 mengomentari diskusi tentang dilema perempuan Indonesia, pilih karier atau keluarga, Kamis, 7 Maret 2024 malam yang diselenggarakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Nina Nurmila, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Islam Internasional Indonesia Depok.
Menurut Satrio, dilema perempuan mengenai apakah harus fokus bekerja di luar rumah atau mengurus tanggung jawab rumah tangga berakar pada ekspektasi masyarakat, norma budaya, dan pilihan pribadi.
“Masalah ini telah berkembang seiring berjalannya waktu dan sangat bervariasi tergantung pada faktor budaya, ekonomi, dan individu,” tuturnya.
Ia menyatakan, ketika Indonesia makin maju, akses pendidikan buat perempuan juga meningkat. Ekonomi Indonesia juga makin besar. Ini membuka peluang berkarier yang semakin luas.
Di sisi lain, cara pandang tradisional, yang memosisikan perempuan semata-mata hanya untuk peran ibu rumah tangga, juga akan bergeser, tambahnya.
“Tentunya akan sangat disayangkan, jika perempuan sekaliber Sri Mulyani, Retno Marsudi, yang cemerlang di bidang masing-masing, dipaksa hanya untuk jadi ibu rumah tangga.”
Satrio mengakui, dalam konteks sejarah, secara tradisional, perempuan diharapkan untuk mengurus tugas-tugas rumah tangga, sedangkan laki-laki adalah mencari nafkah.
“Namun, norma masyarakat ini telah ditantang dan diubah seiring berjalannya waktu, terutama dengan bangkitnya feminisme dan gerakan hak-hak perempuan,” ujar Satrio. (K) ***
