JAKARTA – Lebih dari 100 tahun sesudah meninggalnya tokoh emansipasi perempuan RA Kartini memperlihatkan potret perempuan di film-film Hollywood cenderung ditampilkan pasif dan lebih banyak ditekankan pada atraksi seksual.
Hal itu ditegaskan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena, dalam webinar di Jakarta, Kamis 21 April 2022 malam.
Webinar yang bertopik “Perempuan Sekarang Membaca Kartini” ini dipandu oleh Swary Utami Dewi dan Anick HT.
Denny mengutip temuan Cindy Sherman, feminis Amerika kelahiran 1954, yang meneliti film-film Hollywood.
Pada webinar ini, Denny juga mengungkap pandangan berbagai tokoh perempuan berkait isu emansipasi perempuan dalam ekspresi seni rupa.
Selain Sherman, ada kumpulan seniman Guerilla Girls, yang dibentuk di New York pada 1985. Kelompok perempuan ini melawan seksisme dan rasisme.
Mereka meneliti tentang gambaran perempuan di lukisan dan karya seni rupa lain yang ditampilkan di museum.
Mereka menyimpulkan, stereotip perempuan yang ditampilkan di museum-museum seni adalah ketelanjangan.
“Apakah perempuan harus berpose telanjang untuk bisa dimasukkan di museum-museum seni?” kata mereka bertanya.
Ada lagi Mary Beth Edelson (1933-2021), pelukis Amerika yang melukis ulang lukisan terkenal karya Leonardo da Vinci, “The Last Supper,” yang menggambarkan Yesus dengan 12 murid laki-lakinya.
Oleh Mary Beth, Yesus dan 12 murid laki-laki itu diubah menjadi tokoh-tokoh perempuan.
“Hal ini menunjukkan, perempuan juga harus berperan di ritual-ritual agama dan otoritas kependetaan di institusi-institusi agama,” katanya tegas.
“Bukan hanya berperan di ranah politik, ekonomi, dan ruang publik lainnya,” tambah Denny. ***
