Dari Kejutan Wartawan di Usia 55 tahun, Hingga Mengenal Sosok Wanita dibalik Sukses Ganjar Pranowo

  • Bagikan

BAKAL Calon Presiden Ganjar Pranowo mencium tangan ibunda, saat masih hidup. Tetapi Sri Suparmi sudah berpulang sejak 2015 lalu. Ganjar mengaku bahwa faktor ibunya sangat mendukung pembentukan karakternya sehingga bisa menjadi seperti sekarang (foto : kredit)

JAKARTA, HARIANINDONESIA.ID

Hari Sabtu, 28 Oktober 2023 benar benar hari menyenangkan bagi Ganjar. Setelah mendapat ciuman dari istri, pelukan dari anak, tiba tiba Ganjar mendapat kejutan dari para wartawan peliput kegiatan capres cawapres.

Sesaat sebelum wawancara dimulai, usai Ganjar memberikan pembekalan kepada para delegasi Council of Asian Liberal and Democrats (CALD Party) di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (28/10/2023), Ganjar dikejutkan dengan lagu ulang tahun yang dinyanyikan para wartawan secara serentak.

“Happy Birthday to you, Happy Birthday to you, Happy Birthday Mas Ganjar,” kompak awak media bernyanyi di hadapan Ganjar.

Para wartawan sangat bersemangat menyanyikan lagu itu, dan Ganjar terlihat gembira menyaksikan para wartawan menyanyikan lagu happy birthday untuk dirinya.

Setelah lagu selesai, Ganjar membungkukan badannya yang sudah mengarah kepada wartawan, sambil mengucapkan, “terimakasih untuk suprisenya,”.

Setelah itu, Ganjar yang didampingi Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah serta kader PDIP memberikan keterangan pers.

Ganjar diminta tanggapannya soal kegiatan bertemu dengan perwakilan CALD Party di Sekolah Partai PDIP.

Sebelumnya, Ganjar mengaku bahwa dirinya mendapat suprise dari sang istri Siti Atikoh berupa ciuman spesial sebagai hadiah ulang tahun ke 55, dan satu pelukan hangat dari sang putra, Muhammad Zinedine Alam Ganjar sering dipanggil Alam.

Sementara itu dari dari markas Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Presiden di Jalan Cokroaminoto dilaporkan sebuah perayaan ulang tahun Ganjar juga digelar Sabtu siang.

Di hari ini juga, ada sekitar 1400 organisasi Relawan Pendukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD merayakan peringatan ulang tahun Ganjar Pranowo dan peringatan Sumpah Pemuda di tempat masing-masing.

Peringatan ini dilakukan secara sederhana di berbagai provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia.

Salah satu acara tersebut dilakukan oleh ratusan dokter, tenaga kesehatan, serta pekerja farmasi dan kesehatan di kantor TKRPP (Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Presiden).

TKRPP membagikan ribuan kuntum mawar merah pada pengguna jalan oleh Dokter dan Tenaga Kesehatan sebagai simbolisasi ucapan syukur atas kesehatan Ganjar Pranowo sekaligus seruan damai bagai seluruh rakyat Indonesia.

Sepak Terjang Ganjar

Perjalanan hidup Ganjar Pranowo sampai usia 55 tahun penuh dengan kejutan. Pada saat dia lahir, 28 Oktober 1968, Ganjar diberi nama belakang Sungkowo. Dalam bahasa Jawa, Sungkowo artinya “Ganjaran dari Kesusahan/Kesedihan (Sungkowo)”.

Nama ini diberikan karena pada saat Ganjar lahir, kondisi keuangan ayah ibunya sedang benar benar memprihatinkan. Namun saat masuk sekolah dasar, orang tua Ganjar mengganti nama belakangnya dari Sungkowo menjadi Pranowo.

Penukaran nama ke Ganjar Pranowo ini, karena rasa ketakutan orang tuanya jika sang anak kelak “selalu berkubang kesialan dan kesusahan” bila memakai nama Sungkowo.

Saat Sri Suparni, ibu Ganjar, pada mengandung jabang bayi lanang, Ganjar, kondisi ekonomi mereka memang sedang sulit sulitnya. Selain itu, Sri juga mengalami hal-hal yang menyedihkan, pernah jatuh, menjelang kelahiran anaknya itu.

Kondisi inilah yang membuat sang suami, Parmudji Pramudi Wiryo, lantas menamai anaknya: “Ganjar Sungkowo”.

“Katanya nama belakang ini berhubungan dengan keadaan ketika ibu mengandungku. Saat itu keluarga kami sedang banyak dirundung kesusahan. Sungkowo sendiri memiliki arti kesedihan,” cerita Ganjar di buku novel “Anak Negeri: Kisah Masa Kecil Ganjar Pranowo” yang ditulis oleh Gatotkoco Suroso, seperti dikutip Tempo.

Nama itu disandang Ganjar hingga memasuki usia sekolah. Saat dia didaftarkan masuk sekolah dasar, orangtuanya berinisiatif untuk mengubah namanya menjadi “Ganjar Pranowo”.

Parmudji khawatir jika masih memakai nama “sungkowo”, kehidupan Ganjar kelak bisa selalu dirundung kesedihan.
Pranowo (atau Pranawa) sendiri memiliki arti hati yang terang.

Namun, soal nama ini, Ganjar pernah mengartikan secara bebas bahwa “pra” itu artinya sebelum, “nowo” berarti sembilan. “Jadi, sebelum sembilan. Saya kan anak ke-5 dari enam bersaudara,” canda Ganjar kepada TEMPO.

Masa kecil Ganjar dihabiskan di Desa Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah hingga kelas V sekolah dasar. Anak kelahiran 28 Oktober 1968 ini kemudian boyongan ke Kutoarjo, sebuah kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jateng yang berjarak 179 kilometer; sebuah kota kecil di sebelah barat Yogyakarta.

Sebelum perpindahan besar itu, keluarga Ganjar pernah harus “diusir” dari rumahnya. Pengusiran ini memaksa keluarga pindah rumah ke Kecamatan Karanganyar, di ibu kota kabupaten. Ini lantaran bapaknya telah menjual rumah dan sang pemilik ingin menempatinya.

Padahal, sesuai kesepakatan, keluarga Ganjar masih diperbolehkan menghuni sampai mendapatkan rumah baru.

Kejadian pengusiran itu sangat menyayat hati Ganjar kecil. Ia melihat di depan matanya, bagaimana bapaknya beradu mulut. Sang ibu sampai menitikkan air mata. “Dalam tangisnya, ibu memberi isyarat bahwa kami tidak boleh ikut terlibat urusan orangtua. Aku sangat terpukul dengan kejadian ini,” tutur Ganjar.

Sehabis kejadian adu mulut itu, Parmudji pamit kepada istri dan anak-anaknya untuk mencari rumah kontrakan. Ia baru pulang tengah malam. Kabar baik itu akhirnya datang dan sang bapak meminta seluruh anggota keluarga esok pagi untuk bersiap-siap pindah.

Ia terpaksa berpisah jarak dengan kawan-kawan karib seperti Dowig, Joko, Kamso, dan Ngadimin. Namun, Ganjar masih bersekolah yang sama, kali ini harus ditempuh dengan naik bus. Ia berangkat bersama kakaknya, Prasetyowati Tyas Purwani (Mbak Watik) dan adiknya, Nurhidayati Agustini (Nur).
Ganjar adalah anak kelima.

Selain Mbak Watik, ia memiliki tiga kakak laki-laki, antara lain Pri Kuntadi, Pri Pambudi Teguh, Prijadi Joko Prasetyo.

Di rumah barunya, bukan tambah baik, tapi justru lebih menyedihkan. Rumah kontrakan ini berupa bangunan berdinding tripleks dan beralas tanah. Lokasinya berdekatan dengan gudang gamping.

SIMAK JUGA :  GANJAR Hari Ini 55 Tahun, Dapat Ciuman Spesial Sang Istri dan Perayaan Ulang Tahun oleh 1.400 Relawan

“Kami menempati rumah ini karena tak punya pilihan lain. Uang kami tak cukup untuk menempati rumah yang bagus,” cerita Ganjar.

Ganjar sering bermain di gudang gamping, sampai-sampai rambut dan mukanya memutih. Jika sudah begitu, sang ibu menegurnya.

Semasa sekolah dasar, Ganjar bukanlah siswa yang menonjol. “Ketika SD nilai rapornya pas-pasan,” ujar Mbak Watik dalam buku “Kontroversi Ganjar” yang ditulis oleh empat wartawan.

Yang menonjol dari Ganjar sejak kecil adalah pandai bergaul sehingga punya banyak teman. Ganjar juga memiliki pembawaan mandiri dan suka menolong.
Selama bersekolah di SD Negeri 02 Tawangmangu, teman-temannya kesengsem dengan sikapnya yang peduli, lebih-lebih paras Ganjar memang ganteng.

“Ganjar adalah idola karena ganteng,” ujar Menuk, salah satu teman SD-nya yang tinggal dekat di rumah Ganjar selama di Tawangmangu.

Sementara, Kamso, teman SD lain, menilai Ganjar sama nakalnya dengan dirinya, tapi lebih pintar. “Cah iki mbiyen mbelinge pol (anak ini dulunya nakal sekali),” kata Ganjar kala ketemu Kamso pada 2015 saat kunjunganya ke Tawangmangu dikutip dari detik.com.

Ganjar memiliki geng lima sekawan. Selain Kamso, ada Ngadimin, Joko, dan Dowig. Namun, di antara kawan karibnya, Kamso termasuk yang paling dominan; selain umurnya lebih tua dan berbadan gempal, ia sering memosisikan diri sebagai “kepala suku”.

Mereka bermain bersama seperti gundu, jepretan karet gelang hingga kenakalan-kenakalan lain, seperti menerobos pagar beduri kawasan wisata air terjun Gerojogan Sewu karena tak beli tiket.

Saat SD, bila ditanya gurunya tentang cita-citanya, Ganjar selalu bilang ingin menjadi pilot. ”Kalau kamu jadi pilot kelak Pakde ditibani (dilempari) selimut ya,” kenang Ganjar suatu kali mengulang kata-kata Pakdenya yang kedinginan sewaktu menginap di Tawangmangu. Pakdenya adalah seorang tentara dan pernah menjadi anggota DPRD Purworejo.

Memasuki SMP, Ganjar dan keluarganya pindah ke Kutoarjo untuk mengikuti tempat tugas ayahnya. Selanjutnya, ia bersekolah di SMP Negeri 1 Kutoarjo atau saat ini menjadi SMP Negeri 3 Purworejo. Lulus dari sekolah menengah pertama melanjutkann ke jenjang SLTA di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Di SMA, ia aktif dalam kegiatan kepramukaan (Dewan Ambalan).

Menjelang kelulusan SMA pada akhir dekade 1980-an, sang ayah pensiun dari kedinasannya di Polri Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, ibu Ganjar membuka warung kelontong, sementara ia sempat berjualan bensin di pinggir jalan.

Tamat SMA, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Di kampus, ia bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) serta kegiatan pecinta alam di mana ia pernah melatih untuk SMA Negeri 8 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Sewon, Bantul.

Selama kuliah di UGM, Ganjar mengaku sempat cuti kuliah selama dua semester akibat tidak memiliki biaya untuk perkuliahan.

Ganjar juga meraih gelar S2 (master) di jurusan Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Ganjar mengaku memiliki hobi demonstrasi semasa kuliah. Ia pernah mendemo rektor UGM kala itu (periode 1986-1990) Koesnadi Hardjasoemantri dan ikut serta dalam demonstrasi menolak penggusuran untuk proyek Waduk Kedungombo.

Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dengan dosen penguji skripsi Prof. Nindyo Pramono. Tamat kuliah, Ganjar Pranowo awalnya bekerja di lembaga konsultan HRD di Jakarta yaitu PT Prakasa.

Selain itu, ia juga pernah bekerja di PT Prastawana Karya Samitra dan PT Semeru Realindo Inti. Aktif di GMNI dan mengagumi Soekarno, Ganjar awalnya menjadi simpatisan PDI. Tahun 1996, PDI dilanda konflik internal antara pendukung Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri sebagai representasi trah Bung Karno.

Ganjar ikut mendukung Megawati, meskipun ayahnya adalah seorang polisi sedangkan kakaknya seorang hakim yang oleh Orba seluruh pejabat publik dilarang berpolitik dan harus mendukung Golkar sepenuhnya.

Ganjar akhirnya memilih berkarier di politik lewat Partai PDI-P yang dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri. Jadi anggota DPRRI dua periode dan Gubernur Jateng dua periode.

Dukungan Ibu

Ganjar mengaku dirinya bisa seperti sekarang adalah berkat dukungan semangat dari sang Ibu.

Di balik kesuksesan Ganjar Pranowo, rupanya ada sosok Sri Suparmi. Mari mengenal Sri Suparmi ibu Ganjar Pranowo.

Sosok Sri Suparmi di mata Ganjar Pranowo sendiri merupakan seorang perempuan yang sangat tangguh dan luar biasa. Di akui Ganjar jika sang ibu selalu memimpikan agar anak-anaknya mendapatkan hidup yang lebih baik.

Pria berusia 55 tahun ini juga mengisahkan jika sang ibu menjadi sosok yang memberikannya kekuatan dan bekal dalam memimpin Jawa Tengah. Pasalnya, Sri Suparmi selalu mengingatkannya untuk tidak melakukan korupsi dan tetap mengabdikan diri kepada republik Indonesia. Nasehat tersebut rupanya terus ditanamkan oleh Sri Suparmi setiap kali Ganjar Pranowo pulang menengok sang ibu.

Hal itulah yang rupanya membuat hati Ganjar selalu bergelora dan selalu takut dengan orang tuanya. Diakui olehnya jika seorang Ganjar Pranowo hanya takut pada dua hal, yang pertama adalah kepada Gusti Alloh dan yang kedua adalah kepada kedua orang tuanya.

Ganjar Pranowo merupakan anak ke lima dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Parmuji Pramudi Wiryo dan Sri Suparmi di Karanganyar, Jawa Tengah, pada 28 Oktober 1968.

Sama seperti Parmuji Pramudi Wiryo, Sri Suparmi juga merupakan kelahiran Karanganya, Jawa Tengah. Semasa hidup, Sri Suparmi merupakan ibu rumah tangga yang juga membuka warung kelontong.

Sri Suparmi kini telah wafat diusianya yang ke 75 tahun. Diketahui jika ibunda Ganjar Pranowo menghembuskan nafas terakhirnya pada 28 Maret 2015 sekitar pukul 03.22 setelah berjuang melawan penyakit komplikasi yang diderita olehnya.

Alfatihah (*)

Awaluddin Awe, dari berbagai sumber

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *