Diskusi SATUPENA, Slamet Hendro Kusumo: Banyak Orang Jawa Sekarang Terbelah Jiwanya

  • Bagikan
Ilustrasi Orang Jawa

JAKARTA – Banyak orang Jawa sekarang jiwanya terbelah. Di satu sisi, kebenaran mengikuti apa yang diajarkan di pendidikan, yang bisa dibilang mengajarkan westernisasi. Di sisi lain orang Jawa masih bersikukuh pada nilai-nilai tradisi lama.

Itu dikatakan Slamet Hendro Kusumo, Ketua Dewan Penasihat Satupena Jawa Timur dalam diskusi yang dikemas dalam bentuk webinar dengan “Laku Utama Orang Jawa untuk Mencapai Kebenaran” di Jakarta, Kamis 2 Maret 2023 malam.

Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi yang menghadirkan Slamet Hendro Kusumo itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Akaha Taufan Aminudin.

Slamet menyatakan, hadirnya teknologi dan pendidikan memang sangat mempengaruhi. Sehingga gaya-gaya hidup hedonis pun memasuki ruang orang Jawa kontemporer. Tetapi kalau di desa-desa, nilai lama masih kental, walau ada pergeseran akibat teknologi.

“Misalnya, acara selametan yang tadinya menggunakan daun, anyaman bambu, sekarang sudah berubah menjadi memakai plastik. Inilah metamorfosis yang terjadi di masyarakat Jawa,” tutur Slamet.

Tetapi ada juga fenomena kontemporer yang menggembirakan. Sekarang ada gerakan-gerakan, ketika para cendekiawan sudah memiliki kesadaran baru.

“Di kampus-kampus, mereka belajar kembali adat dan nilai-nilai budaya Jawa, yang sudah direkam dengan paradigma baru,” ujar Slamet.

Meski tidak menyebut diri organisasi atau klan, mereka memakai jaringan. Sekarang cara belajarnya tidak ada mentoring. Beda dengan (aliran kebatinan) Pengestu, Sejati, dan sebagainya.
Fenomena ini cukup membahagiakan, sehingga ke depan bisa mengisi aspek-aspek, di mana strategi kebudayaan Jawa itu akan bisa memasuki daerah-daerah milenial.

Hanya, Slamet mengakui, memang sekarang ada gejala yang bisa dibilang memprihatinkan, tetapi juga harus diupayakan untuk mengatasinya. Sekarang ada jarak tentang bahasa, tentang pemahaman, dan sebagainya dengan kaum milenial.

SIMAK JUGA :  Rapat Dengar Pendapat DPRD Bartim Tidak Membuahkan Hasil

“Apakah bahasa Jawa, filsafat Jawa, dan sebagainya bisa diwariskan ke kaum milenial? Ini PR yang penting direnungkan bersama,” ujar Slamet.

Slamet menjelaskan, tradisi atau filsafat Jawa itu selalu mengutamakan rasa. “Dalam rasa itu, orang Jawa menjalankan tata pikir dan tata laku. Pikiran, hati dan perilakunya ditata,” kata Slamet.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *