Diskusi SATUPENA, Fahd Pahdepie: Ada Ruang Kosong Dalam Diri Setiap Orang yang Butuh Diisi

  • Bagikan
Fahd Pahdepie.

JAKARTA – Ada ruang kosong dalam diri setiap orang yang butuh diisi. Rasa kekosongan ini biasanya terjadi setelah kita melewati masa ketika kebutuhan-kebutuhan eksistensial telah terpenuhi.

Hal Itu dikatakan penulis Fahd Pahdepie, penulis buku Sang Cipta Rasa dalam bedah bukunya itu di Jakarta, Kamis 16 Maret 2023 malam yang diselenggarakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA.

Fahd menjelaskan, usia tubuh dan usia batin untuk tiap orang berbeda-beda. Ada orang yang usia tubuhnya tua, tapi usia batinnya muda. Ada juga yang usia tubuhnya muda, tapi usia intelektual dan batinnya tua.

Maka setiap orang punya perjalanannya masing-masing. Ketika kita sudah melewati krisis seperempat usia dan kebutuhan eksistensial terpenuhi itulah, kita mulai menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang lebih esensial.

“Sebetulnya mau ngapain sih kita menjalani semua ini? Terus, kalau sudah punya rumah, mau ngapain? Kalau anak-anak sudah berhasil kita sekolahkan dengan fasilitas terbaik, lalu pertanyaan berikutnya apa?” ujar Fahd.

Lalu mulailah, setiap orang menjalani pengembaraan yang lebih esensial. Ketika hal-hal yang sifatnya eksistensial sudah tercapai, biasanya ada ruang kosong dalam diri yang kadang-kadang disalahpahami sebagai kegagalan, kecemasan, kesedihan.

“Atau sebenarnya, itu ruang kosong karena memang belum pernah diisi,” kata Fahd.

Sehingga banyak orang yang tinggal di perkotaan dengan jenis pekerjaan tertentu di masa pandemi mulai berpikir, tampaknya harus healing. Tampaknya ruang kosong ini harus diobati, harus diisi.

“Sehingga hari ini kita mendapati fenomena healing, atau pengisian ruang kosong di batin setiap orang, itu sudah menjadi suatu kebutuhan. Ini mungkin juga terjadi karena pencapaian hal-hal yang eksistensial dipercepat,” tambah Fahd.

Sekarang zamannya anak muda sudah memimpin perusahaan, sudah memegang posisi-posisi strategis di pemerintahan, dan sudah meraih pencapaian eksistensial lebih cepat. “Mungkin sudah memperoleh kematangan dan kemapanan finansial yang lebih cepat,” ungkapnya.

SIMAK JUGA :  Hj. Delmeria Bantu Perbaikan Akses Jalan ke Puskesmas dan Pemukiman Warga Kayu Jao

Tetapi seiring dengan percepatan itu, juga terjadi percepatan ada ruang kosong. Mulailah muncul berbagai bentuk healing. “Pengajian jadi lebih ramai, dzikir-dzikir online, atau pencarian spiritual yang sifatnya online jadi lebih banyak. Bahkan healing menjadi industri,” Fahd memaparkan.

Fahd bercerita, “Saya sempat sengaja datang ke Bali. Bali disebut sebagai destinasi healing. Ada wisata healing. Dan ternyata ragamnya banyak sekali. Mulai dari membaca garis tangan, membaca kartu tarot, sound healing dan sebagainya, dengan tingkat animo yang luar biasa besar.” ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *