Korban tewas 144 dan Luka 732, Paus Fransiskus Berdoa bagi Korban Gempa Myanmar

Jumlah korban bencana alam di Myanmar berhasil diindentifikasi sementara. 144 orang tewas dan 732 luka luka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah. (Foto : kredit)

JAKARTA – Korban gempa berskala 7,7 skala richter di Myanmar menewaskan 140 orang dan melukai 732 orang. WHO dilaporkan segera kirimkan obatan, dan Paus Fransiskus berdoa untuk korban bencana, termasuk di Thailand dan Korea Selatan.

Pemimpin umat katolik, Paus Fransiskus yang disebut dalam kondisi membaik dalam pemulihan di rumah setelah lima pekan dirawat di rumah sakit karena pneumonia ganda. Vatikan mengatakan suara Paus kini sudah lebih kuat.

Kepala Gereja Katolik berusia 88 tahun itu juga mengikuti situasi dunia, dan berdoa bagi para korban gempa bumi dahsyat yang melanda Myanmar dan Thailand, termasuk kebakaran hebat di Korea Selatan.

Dalam telegram yang diterbitkan oleh Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan “sangat sedih dengan hilangnya nyawa dan kehancuran yang meluas” yang disebabkan gempa bumi di Myanmar.

Paus Fransiskus juga memanjatkan doa bagi para warga yang meninggal, keluarga yang ditinggalkan, dan para pekerja darurat.

Paus turut mengirimkan telegram untuk menyampaikan keprihatinan dan doanya menyusul kebakaran hutan terburuk di Korea Selatan belakangan ini. Diperkirakan sudah lebih dari 28 orang meninggal saat ini.

WHO Mobilisasi Logistik

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memobilisasi pusat logistiknya di Dubai untuk menyiapkan bantuan ke bencana gempa bumi di Myanmar.

Mengutip CNA, WHO telah mengaktifkan sistem manajemen daruratnya sebagai respons terhadap gempa di Myanmar.

Juru bicara WHO Margaret Harris menyatakan kondisi akibat gempa bumi di Myanmar itu sebagai peristiwa yang besar dan merupakan ancaman bagi kehidupan dan kesehatan.

“Kami telah mengaktifkan pusat logistik kami untuk mencari persediaan dan barang-barang seperti fiksator eksternal karena kami perkirakan akan ada banyak sekali cedera yang perlu ditangani,” kata Harris.

Harris mengatakan WHO juga berkonsentrasi dalam menyiapkan obat-obatan penting di tengah kondisi infrastruktur kesehatan di Myanmar yang masih rusak.

SIMAK JUGA :  Pejabat Kemenpora di OTT KPK

“Kami siap untuk pindah. Tetapi sekarang kami harus tahu persis di mana, apa, dan mengapa. Informasi dari lapangan lah yang sangat penting saat ini,” ucapnya.

Korban Tewas 144, Luka 732

Junta militer Myanmar mengungkapkan lebih dari 140 orang meninggal dunia akibat gempa dahsyat yang melanda negara tersebut.

Jenderal Min Aung Hlaing dalam siaran langsung, seperti diberitakan AFP pada 28 Maret malam, mengatakan jumlah korban jiwa diperkirakan terus meningkat.

“144 orang tewas, sementara itu lebih dari 732 orang lainnya terluka akibat gempa dahsyat itu,” kata Min Aung Hlaing, seperti diberitakan Reuters.

Oleh sebab itu, ia mengatakan membuka pintu selebar-selebarnya bagi dunia untuk memberikan bantuan kepada Myanmar.

Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengatakan operasi penyelamatan hingga kini dilakukan sebagai respons terhadap gempa bumi tersebut.

Komite Penanggulangan Bencana Nasional Myanmar mengumumkan keadaan darurat di enam wilayah di negara Asia Tenggara tersebut.

“Kami mengundang negara mana pun, organisasi mana pun untuk membantu memberikan bantuan,” pinta pimpinan junta militer Myanmar.

Myanmar sebelumnya diguncang dua gempa bumi berturut-turut berkekuatan Magnitudo 7,7 dan 6,4, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) pada Jumat (28/3). Pusat gempa dilaporkan berada di Myanmar bagian tengah, hampir 50 kilometer di sebelah timur kota Monywa.

Jembatan Ava yang ikonis di Mandalay, Myanmar runtuh akibat gempa, dan sebuah masjid runtuh sebagian, menewaskan sedikitnya 20 orang.

Sebuah rumah sakit menjadi salah satu titik yang mengalami banyak korban karena beberapa bangunan runtuh dan jalan retak. Situasi itu mendorong junta mengajukan permintaan bantuan internasional yang jarang terjadi.

Beberapa wilayah Thailand juga merasakan getaran gempa. Sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan pekerja terjebak setelah gedung pencakar langit yang sedang dibangun runtuh di Bangkok setelah gempa. (*)

Dari berbagai sumber

Awaluddin Awe
awal.batam@gmail.com