Hasto Sebut Prabowo tak Paham Konsepsi Pertahanan Presiden Soekarno, Seharusnya Segera Minta Maaf

  • Bagikan

Sekjen PDIP sekaligus Sekretaris TPN Ganjar Mahfud, Hasto Kristiyanto bersama Ahmad Basarah memberikan keterangan Pers usai menghadiri Nobar Debat Capres di Sekretariat Pusat Koordinasi Relawan GP-MMD, Jalan Diponegoro Nomor 72, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2024) malam. Hasto menyebut Prabowo tak paham konsepsi pertahanan era Soekarno dan menyarankan Prabowo seharusnya segera minta maaf. (Foto : TPNGM)

Jakarta- HARIANINDINESIA.ID –

Mahfud MD Hasto Kristiyanto menilai keliru pernyataan Capres 02 Prabowo Subianto yang menyebutkan bahwa alutsista bekas juga digunakan Presiden Soekarno di masa pembebasan Irian Barat.

“Apa yang disampaikan Capres 02 Prabowo Subianto tentang Alutsista bekas juga dipakai di masa Presiden Soekarno pada saat Debat Capres adalah sangat keliru, dan mencerminkan ketidakpahaman Prabowo atas konsepsi pertahanan, termasuk dalam pembebasan Irian Barat. Untuk itu seharusnya pak Prabowo minta maaf,” kata Hasto di Jakarta, Minggu (7/1/2024) malam.

Hasto menyampaikan tanggapan terhadap pernyataan Capres 02 Prabowo Subianto yang menyebut masa Presiden Soekarno juga dipakai Alutsista bekas.

“Kami ingin meluruskan pernyataan pak Prabowo. Sepertinya keliru, pada masa Bung Karno menggunakan peralatan bekas. Itu konteksnya berbeda. Banyak peralatan baru yang dipakai oleh Bung Karno guna pembebasan Irian Barat. Seperti peralatan dari Yugoslavia. Bahkan dari yang sebagian dipakai untuk pembebasan Aljazair, bangsa-bangsa Islam banyak merdeka karena campur tangan kepemimpinan Bung Karno,” kata Hasto menjawab pers usai debat.

“Kita mendapat Hercules C130 dari kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Jhon F Kennedy, itu juga suatu hal yang baru sehingga pak Prabowo sebagai menhan sayangnya tidak memahami bagaimana postur angkatan perang kita saat itu,” lanjut Hasto yang meraih gelar doktor Universitas Pertahanan.

Di era Bung Karno, kata Hasto, saat itu alutsista Indonesia merupakan kekuatan angkatan perang terkuat di belahan bumi selatan.

“Ini yang pak Prabowo seharusnya meminta maaf atas ketidakpahaman terhadap konsepsi pertahanan pada masa Bung Karno yang dipakai untuk pembebasan Irian Barat dan membantu negara negara Asia Afrika termasuk Aljazair, kemudian Pakistan yang mencoba melepaskan diri dari imprealisme Inggris,” pungkas Hasto.

Pada bagian lain, saat media bertanya mengenai pembelian alutsista bekas, ada kesan Prabowo melempar kesalahan ke DPR, bahkan mengaitkannya dengan partai yang ada di Komisi I DPR, Hasto menjawab berdasarkan pengecekan Komisi I DPR dan presiden terkejut.

“Sebenarnya kalau kami melakukan pengecekan, Komisi I DPR bahkan bapak presiden sendiri terkejut ketika pak Prabowo secara sepihak memutuskan untuk membeli pesawat tempur bekas dari Qatar. Sementara pesawat tersebut pernah ditolak oleh menhan sebelumnya Prof Yuwono Sudarsono.
Ini menunjukkan penyalahgunaan kewenangan. Tanpa melalui perencanaan yang baik,” ujar Hasto

Ganjar Beberkan Penjelasan Konkrit

Pada bagian lain lain, Hasto Kristiyanto mengatakan hanya Ganjar Pranowo yang memberikan penjelasan secara konkret dan realistis dalam Debat Capres yang kedua pada Minggu (7/1/2024).

Ini merupakan kesimpulan Hasto setelah menonton bareng Debat Capres bersama Koordinator Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP Ahmad Basarah dan sukarelawan.

“Saya bersama Pak Ahmad Basarah dan teman-teman melakukan monitoring di media sosial, ternyata sesuai dengan karakter dari Pak Ganjar-Prof Mahfud sentimen positif tertinggi dari data kami itu ada di berada di tangan Pak Ganjar-Mahfud, mengapa? Karena gagasan tentang geopolitik untuk membangun kepemimpinan Indonesia, gagasan pertahanan sangat membumi, bahkan data-data yang disampaikan Pak Ganjar tidak bisa dijawab oleh Pak Prabowo yang seharusnya sebagai Menhan mampu menjawab itu,” kata Hasto di Sekretariat Pusat Koordinasi Relawan GP-MMD, Jalan Diponegoro Nomor 72, Jakarta Pusat.

SIMAK JUGA :  Dipanggil KPK Sebagai Saksi, Istri Novanto Beralasan Sakit

Di sisi lain, Hasto melihat Anies Baswedan memang memiliki keberanian untuk menyerang paslon lain.

“Tetapi kembali pada kritik yang disampaikan lebih banyak nuansa akademis dan kemudian Pak Ganjarlah yang mampu memberikan jawaban yang menggambarkan pemahaman beliau bahwa hubungan luar negeri harus dibangun untuk kepentingan nasional Indonesia dan semua berakar dari kepentingan rakyat, memperkuat rakyat, memperkuat anak-anak muda untuk menguasai iptek, sehingga industri pertahanan yang kita kembangkan termasuk adanya diplomat siber merupakan gagasan yang direspons positif tentang Pak Ganjar,” kata Hasto.

Di sisi lain, Hasto juga menjawab pertanyaan awak media mengenai kondisi reaktif Prabowo di Debat Capres kali ini.

“Ini direspons di publik di media sosial di Twitter (kini X) muncul Gemoysian padahal kalau kita lihat debat pertama dan kedua kita lihat pendukung 02 itu menampilkan karakter-karakter yang mencoba membangun hegemoni dan penuh emosi. Itu pun kami saat itu maklumi sehingga apa yang dilakukan dengan mendatangi moderator dengan mendatangi tim kampanye lain, itu cara-cara yang tidak terpuji yang seharusnya tidak dilakukan. Karena dalam debat-debat sebelumnya kami sangat toleran menyikapi tim supporter dari 02,” kata Hasto.

Hasto juga menanggapi pertanyaan awak media mengenai sikap Prabowo yang tidak mau bersalaman dengan Anies.

“Seharusnya kalau kita lihat temanya ini berbicara soal kepentingan rakyat dan negara. Pertahanan, keamanan itu menyangkut survival kita sebagai bangsa, menyangkut kepentingan rakyat banyak sehingga ketika debat saja kemudian Pak Prabowo tak mau salaman dengan Pak Anies, karena kritik-kritik tajam Pak Anies,” kata Hasto.

“Seharusnya pemimpin tidak boleh emosional seperti itu. Harusnya salaman saja tunjukkan suatu hal yang baik sehingga Pak Prabowo perlu belajar juga bagaimana membangun karakter bangsa sehingga apa yang disampaikan Pak Prabowo tadi tentang etika sebagai hal yang tertinggi itu juga dijalankan satunya kata dan perbuatan. Ini yang kami sayangkan,” jelas Hasto.

Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI itu juga menjawab pertanyaan awak media tentang Prabowo yang banyak setuju dengan gagasan Ganjar.

“Menunjukkan bahwa kebenaran jawaban Pak Ganjar karena pemahaman yang sangat luas. Karena pengalaman dua periode sebagai anggota DPR, dua periode sebagai gubernur, dan sebagai kader PDIP yang sangat memahami aspek geopolitik dan hubungan luar negeri. Karena kami diajarkan tentang KAA, Gerakan Non-Blok, dan sebagainya,” kata Hasto.

“Tentang data sudah dibantah oleh Pak Ganjar sendiri karena Pak Prabowo tidak mampu memberikan suatu penjelasan terhadap penurunan dalam indeks peringkat pertahanan kita di tengah kenaikan anggaran yang cukup besar dari Kementerian Pertahanan,” tambah Hasto.

Hasto melanjutkan Prabowo justru cenderung menyalahkan pihak lain.

“Yang disalahkan adalah menteri keuangan, sehingga di sini menunjukkan bahwa pak Prabowo sebagai menhan seharusnya mampu memberikan penjelasan lebih baik terhadap seluruh aspek pertahanan. Tetapi ternyata malah melemparkan kesalahan kepada Kemenkeu. Ini gambaran pemimpin yang tidak bijak,” tandas Hasto. (*)

Awaluddin Awe

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *