BMKG Catat 52 Gempa, Warga Mentawai Tidur Di Luar Rumah

  • Bagikan

Warga yang memilih tidur di luar rumah pasca beberapa gempa di Kepulauan Mentawai, Sabtu (2/2/2019) Foto: Istimewa

MENTAWAI, harianindonesia.id – Pasca terjadinya sejumlah gempa cukup kuat di Kepulauan Mentawai, Sumbar, sejumlah warga belum berani masuk ke rumah. Malamnya ada warga yang memilih tidur di luar rumah.

Yuliandi, salah seorang warga Mentawai berucap, kami tidak berani masuk rumah, takut nanti gempa lagi. Yuliandi dan keluarga tinggal di Sikakap, Pagai Utara Selatan. Posisi rumahnya hanya berjarak sekitar 80 meter bibir laut.

Dilansir harianindonesia.id dari detikcom, Minggu (3/2/2019), menurut Yuliandi, banyak warga yang juga memilih tidur di luar rumah.

“Kita bersiaga. Mencegah hal yang tidak diinginkan,” kata pria yang disapa Andi ini.

Beberapa gempa terjadi di Kepulauan Mentawai sejak sore tadi.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumatera Barat, Rumainur memastikan tidak ada kerusakan atau pun korban akibat gempa.

“Korban tidak ada, juga tidak ada kerusakan. Yang ada sebuah mercusuar yang jatuh. Tapi itu sudah tua sekali. Bukan karena gempa saja, tapi memang sudah sangat parah (kondisinya),” jelas Rumainur saat dihubungi terpisah.

Saat terjadi gempa, sejumlah warga Mentawai sempat mencari tempat aman di tempat lebih tinggi. Namun kini warga sudah kembali di rumah.

52 Kali Gempa

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 52 gempa mengguncang Mentawai, Sumatra Barat pada Sabtu (02/02) hingga pukul 21.00 WIB. Berdasarkan pantauan BMKG, rata-rata kekuatan gempa berada pada level di bawah 5 skala Richter.

“Dari 52 gempa tersebut sebanyak enam gempa dengan kekuatan di atas 5 Skala Richter dan 46 lainnya di bawah 5 Skala Richter,” pungkas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, Sabtu (02/02).

SIMAK JUGA :  Apapun Keputusan MKMK, Imam Priyono: Ganjar-Mahfud Fokus Menang Satu Putaran di Pilpres 2024

Rahmat Triyono menyampaikan, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi termasuk dalam klasifikasi dangkal.

Gempa terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatra

“Konvergensi kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempabumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik,” paparnya.

Guncangan gempa bumi ini dilaporkan dirasakan di daerah Padang Panjang, Bukittinggi, Solok II-III MMI Padang, Pariaman, Painan III-IV dan Kepulauan Mentawai (Tua Pejat,Pagai Selatan) IV-V MMI.

“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami,” tandasnya, dilansir dari Antara.

Salah seorang warga Pesisir Selatan, Joni mengatakan, gempa dirasakan cukup keras di Surantih. Sementara, Warga Padang Andri mengatakan gempa dirasakan cukup kuat di kawasan Lubuk Begalung Padang. Namun, berdasarkan pantauan di jalan raya di Padang aktivitas masyarakat tetap berjalan normal. (jen)

Sumber detik.com/BMKG

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *