Membaca Peluang Sumbar di Event WIES September 2023

  • Bagikan

FOTO Dirut InJourney Donny Oskaria saat diskusi pembahasan prospek ekonomi dan bisnis pada forum WIES di Sumbar, 6-7 September 2023 mendatang. (Foto : Awe)

Oleh : Awaluddin Awe)*

Propinsi Sumbar pada September 2023 akan menjadi tuan rumah event internasional bertajuk World Islamic Enterpreneur Summit (WIES). Melihat nama kegiatannya jelas event ini merupakan forum bagi pengusaha Islam dunia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno secara resmi telah melaunching kegiatan World Islamic Enterpreneur Summit (WIES), di Balairung Sapta Pesona Kemenekraf di Jakarta, Senin (20/3/2023).

Peluncuran ditandai dengan pemukulan Gandang Tasa oleh Sandiaga Uno bersama Sekdaprop Sumbar Hansastri, Kadinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda, Ketua LKKAM Sumbar Fauzi Bahar, Ketua Kadin Sumbar Buchari Bachter, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sumbar Sari Lenggogeni dan tokoh masyarakat Minang di Jakarta Fasli Jalal serta pimpinan BUMN yang berasal dari daerah Sumbar.

Peluncuran dihadiri juga para Bupati dan walikota serta Kepala Dinas Pariwisata se Sumbar, serta unsur organisasi kemasyarakatan Sumbar di Jakarta.

Sandi dalam pemaparannya menjelaskan bahwa WIES merupakan pertemuan tahunan dari kalangan pengusaha dari negara Islam di dunia yang baru pertama kalinya digelar di Indonesia.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditunjuk Pemerintah Indonesia menjadi penyelenggara, kemudian menunjuk pula Propinsi Sumbar sebagai tuan rumah.

Sebenarnya Propinsi Aceh sempat dinilai sebagai tuan rumah, namun Sumbar lebih dipercaya memiliki nuansa diinginkan oleh negara negara peserta WIES.

Menurut Sandi, Sumatera Barat ditunjuk sebagai pelaksana WIES bukan tanpa alasan tetapi sangat tepat dalam semangat pembangunan ekonomi Islam, termasuk dalam kerangka pembangunan industri halal dan semangat ekonomi Islam.

“Tipologi masyarakat Minang yang enterpreneur dan sangat dikenal sebagai pengusaha yang gigih serta memiliki filosofi keagamaan dan adat yang kuat menjadi dasar bagi Kemenekraf menunjuk Sumbar sebagai daerah pelaksana WIES,” ujar Sandi.

Forum WIES selain diharapkan melahirkan kesepakatan atau rekomendasi terhadap pengembangan industri halal, juga diharapkan memicu perkembangan aktifitas meetings, incentives, conventions and exhibitions (MICE) di Sumbar serta komitmen membangun sistem ekonomi Islam yang lebih kompetitif.

Kegiatan MICE merupakan salah satu pendorong utama pengembangan destinasi pariwisata dan juga merupakan penghasil pendapatan yang penting bagi masyarakat lokal, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendorong berkembangnya investasi asing.

Penilaian tentang arti penting WEIS juga dikemukakan juga oleh Direktur Utama InJourney Dony Oskaria yang tampil sebagai salah satu pembicara pada sesi pengenalan forum WIES bersama Kadis Pariwisata Sumbar Luhur Budianda dan Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf Masruroh yang dipandu oleh Ketua BPPD Sumbar Sari Lenggogeni.

Menurut Dony, pelaksanaan WIES akan memberikan impact terhadap perekonomian, pengembangan iklim investasi, pengenalan destinasi pariwisata Sumbar bagi kalangan pengusaha Islam dunia dan memberikan peluang terjadinya transaksi dagang antara pengusaha Sumbar dan nasional dengan pengusaha negara negara Islam.

Tetapi Dony mengingatkan bahwa impact positif tersebut dapat dinikmati oleh Sumbar apabila pelaksanaan program WIES benar benar merangsang minat para pengusaha muslim dunia untuk datang.

“Saya menyarankan panitia daerah di Sumbar agar berusaha secara maksimal menggaungkan penyelenggaraan WIES seperti forum G20 yang baru selesai dan Asean Summit yang akan diselenggarakan Desember mendatang,” papar Dony.

Dony juga berharap campur tangan pemerintah dan kementerian selain Kemenekraf dalam penyelenggaraan WIES ini. Sebab program WIES juga menjadi agenda tetap dari utusan negara Islam untuk terus merumuskan konsep ekonomi syariah yang salah satunya berupa pengembangan industri halal.

Ketua Kadin Sumatera Barat Buchari Bachter mengatakan bahwa pihaknya bersama para pengusaha di Sumbar dan Jakarta, bersama dengan Kadin Indonesia akan mengambil peran di depan untuk menyukseskan WIES di Sumbar.

Salah satu agenda utama yang dirancang Kadin Sumbar adalah mengoptimalkan sesi forum business to business (B2B) dengan melibatkan juga para pengusaha yang tergabung di Kadin Sumatera.

“Kami berharap para pengusaha Sumbar dan Sumatera dapat memenuhi berbagai peluang kerjasama bisnis dengan para pengusaha dari negara negara Islam tersebut, serta proposal investasi yang realistis,” paparnya.

Kadin Sumbar juga akan melibatkan Badan Ekonomi Syariah dan Komisi Tetap Timur Tengah Kadin Indonesia dalam merumuskan program aktual pada sesi B2B WIES, yang akan dilaksanakan lebih awal dari penyelenggaraan agenda tetap WIES.

Peluang yang rasional diajukan dalam forum B2B WIES adalah mendorong pelaku perdagangan komoditi ekspor asal Sumbar dan Sumatera menjalin kerja lebih kongkrit dengan pengusaha di forum WEIS.

Selain itu, Buchari juga berharap agenda B2B WIES juga bisa merumuskan konsep investasi untuk hilirisasi produk unggulan Sumbar yang selama ini dijual ke luar dalam bahan dasar. Padahal, jika diolah sedikit saja, maka komoditi unggulan itu bisa memberikan nilai tambah bagi daerah Sumbar.

Kadin Sumatera Barat, kata Buchari berharap keperanan sertaan kalangan pengusaha Sumbar mengisi prospek kerjasama dengan pengusaha anggota WIES ini.

Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy juga percaya bahwa agenda World Islamic Entrepreneur Summit (WIES) 2023 pada 6-8 September mendatang akan memacu pertumbuhan pariwisata dan ekonomi pascapandemi COVID-19.

“Dengan adanya event WIES, terutama untuk Sumatera Barat, pasti dapat multiplier effect. Pertama, pariwisata kita akan bertumbuh, nanti ekonomi Sumatera Barat bertumbuh dan tentu Indonesia juga,” kata Audy dalam acara mingguan (weekly brief) bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno secara daring, Senin.

Selain itu, Audy juga yakin bahwa acara tersebut dapat menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat Luhur Budianda, WIES 2023 merupakan obat kerinduan bagi orang-orang Minang terhadap acara berskala internasional yang telah lama tidak digelar akibat pandemi COVID-19.

Ia pun mengatakan bahwa dalam WIES 2023, pihaknya berencana memprioritaskan menaikkan promosi pariwisata Bukittinggi dan Tanah Datar.

“Jadi yang kita sasar adalah Bukittinggi karena sudah menjadi ikon kita di Sumatera Barat, kemudian Tanah Datar. Jadi nanti akan kita bagi beberapa wilayah. Ada yang entrepreneur-nya nanti di Bukittinggi, kemudian women entrepreneur-nya di Tanah Datar, kemudian pusat acaranya di Kota Padang,” jelas Luhur.

SIMAK JUGA :  Bangunkan Rumah Sakit ke 119 Muhammadiyah, Ini dia Sosok Pengusaha Minang H Yendra Fahmi

Ia menambahkan, acara tersebut dapat mengikat kolaborasi dari seluruh unsur pentahelix wisata serta masyarakat Sumatera Barat.

WIES 2023 merupakan sebuah forum tempat berkumpulnya para pelaku usaha muslim baik nasional maupun internasional. Setidaknya, akan ada delapan kepala negara yang hadir dalam acara tersebut.

Mengenai alasan dipilihnya Sumatera Barat sebagai tuan rumah WIES 2023, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf Masruroh mengatakan provinsi tersebut memiliki berbagai potensi mulai dari infrastruktur hingga transportasi yang memadai.

“Dari sisi infrastruktur, akomodasi, kemudian transportasi sudah memadai sebagai destinasi MICE (meetings, incentive, conventions, and exhibitions),” kata Masruroh.

Ia menambahkan, kolaborasi serta komitmen yang tinggi dari pemerintah provinsi, industri, hingga para pelaku MICE di Sumatera Barat untuk acara tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang besar seluas-luasnya kepada masyarakat, lapangan kerja, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Harus ada Prospek

Event WIES jika dilihat dari peserta yang akan datang adalah event besar dan berskala internasional. Menyebut delapan negara OKI yang akan hadir dalam forum ekonomi Islam itu pun sudah menggambarkan besarnya event WIES.

Besar yang saya maksudkan itu adalah kapasitas negara yang akan hadir dalam pertemuan itu, termasuk besar dalam skala keuangan negara yang bersangkutan.

Dari seluruh 57 negara Islam di dunia, tidak satu pun yang bisa dikatakan sebagai negara miskin. Apalagi bila the eight islamic country tadi adalah negara emirat Arab. Itu adalah negara para Sultan di dunia yang kekayaan pengusahanya sangat terkenal di dunia.

Setidaknya ada tiga hal yang harus diperoleh Sumbar dari pertemuan itu. Pertama, kerjasama investasi antara pengusaha Sumbar dan pengusaha nasional yang tergabung dalam Kadin Indonesia. Seperti dikemukakan dalam awal tulisan ini Ketua Kadin Sumbar Buchari Bachter menyatakan bahwa pihaknya akan melibatkan para pengusaha se Sumatera dalam forum B to B di agenda WIES.

Kerjasama investasi itu bisa bersifat bisnis jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kerjasama investasi yang memberikan ruang gerak yang luas bagi pengusaha Sumbar dan pengusaha Se Sumatera.

Tetapi untuk merumuskan konsep kerjasama investasi itu Kadin Sumbar dan Kadin Indonesia perlu bertemu dulu. Jenis investasi apa saja yang perlu dikerjasamakan dengan pengusaha negara Islam tersebut. Bila perlu dibentuk satu tim khusus untuk mensonding materi kerjasama dengan para pengusaha negara Islam yang akan hadir.

Panitia WIES dan Kadin Sumbar bisa belajar dari pengalaman Ketua Umum Kadin Sumbar Arsyad Rasyid mengelola forum B to B di G-20 atau Asean Summit yang akan digelar Desember 2023 mendatang.

Kedua, Pemerintah Propinsi Sumbar bersama Bupati dan Walikota se Sumbar juga perlu membangun prakarsa kerjasama dengan propinsi dan kabupaten negara Islam tersebut sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Sebagai ilustrasi, saya cenderung mendorong kota Padang Panjang melakukan kerjasama pendirian Universitas Islam yang secara khusus bisa mengcouper mahasiswa Islam dari negara Asean.

Mengapa kota Padang Panjang? Sebab inilah kota di Sumbar dan Indonesia yang mercerminkan semangat ke Islaman dalam pendidikannya. Dengan demikian, para mahasiswa Islam tidak perlu lagi harus jauh jauh belajar ke Kairo atau ke Arab sana. Sebab kualitas pendidikan dan gurunya sudah setara dengan guru di Kairo dan negara Arab lain.

Saya memandang penting membangun kerjasama pendirian Universitas Islam Dunia ini supaya ada momentum tahunan dari forum WIES untuk melakukan evaluasi atas kelangsungan pendidikan dan sasaran keuangan universitas.

Negara negara yang tergabung dalam forum WIES juga perlu merancang sistem kependidikan Islam yang jelas dan tegas melawan sistem pendidikan barat.

Dunia Islam juga sudah sepatutnya membentuk sistem keuangan yang mandiri, tidak tergantung dengan sistem keuangan konvensional sebagai bagian dari penegakan sistem keuangan syariah.

Untuk itu forum WIES juga harus sepakat untuk merumuskan konsep keuangan syariah yang relevan dengan negara yang tergabung. Sehingga forum WIES juga tumbuh menjadi satu kekuatan finansial di dunia.

Ketiga, para pengusaha Pariwisata Sumbar, Sumatera dan nasional harus memanfaatkam forum ini untuk mengikat dan menjual paket perjalanan wisata kepada para pengusaha Islam Dunia ini.

Oleh sebab itu, para pengusaha Pariwisata Sumbar perlu merumuskan kawasan ideal untuk dijual kepada para Sultan Timur Tengah itu. Bila perlu, ajak mereka membangun hotel syariah Bintang 5 di Sumbar, yang nantinya akan menampung kunjungan para wisatawan dari negara Islam Dunia ke Sumbar.

Kadin Sumbar bersama PHRI dan Asita harus bertemu, dan membahas isu ekonomi sensitif di sektor pariwisata pada forum WEIS.

Tetapi, saya perlu mengingatkan bahwa agenda WIES jangan sampai tergelincir menjadi ajang politis yang hanya memberikan keuntungan sesaat. Kita mesti melihat agenda WIES dalam prospek lebih luas dan amat bermanfaat bagi perekonomian Sumbar di masa depan.

Salah satunya, mengajak para pengusaha Islam ikut serta membangun infrastruktur jalan tol di Sumatera Barat. Sebab, seperti dikemukan Dirut InJourney Dony Oskaria pada banyak kesempatan bahwa kendala Sumbar itu terletak pada persoalan infrastruktur jalan.

“Kalau jalan sudah dibuka, dan Sumbar lepas dari isolasi. Ekonomi Sumbar akan bergerak dengan sangat cepat. Percayalah saya,” papar Dony, putra Sumbar asal Tanah Datar yang sukses di pentas ekonomi dan nasional.

Stake holder di Sumbar harus punya kesepakatan untuk membangun daerahnya sesuai dengan pertumbuhan regional. Sebab Sumbar tidak bisa berdiri sendiri dan mengandalkan heroisme kepemimpinan tunggal. Sumbar itu rukun ekonominya adalah jamak, basamo mako manjadi.

Good Luck for WIES

*)Penulis adalah wartawan ekonomi senior di Sumbar, pernah bekerja di Harian Bisnis Indonesia Jakarta dan melahirkan tabloid ekonomi dan bisnis FORUMBISNIS di Padang, kini memimpin dua media online Harianindonesia.id dan kabarpolisi.com, juga menjadi WKU Kadin Sumbar.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *