Budhy Munawar Rachman: Kedudukan Sains, Filsafat, dan Agama Sama-sama Kokoh

  • Bagikan
Dr. Budhy Munawar Rachman, Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.

JAKARTA – Sains, filsafat, dan agama sebenarnya mempunyai kedudukan masing-masing yang kokoh, sesuai permainan bahasa (language games) masing-masing. Hal ini menurut perspektif filsafat bahasa dari filsuf Ludwig Wittgenstein.

Demikian Dr. Budhy Munawar Rachman, dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, selaku menjadi narasumber dalam website seminar Obrolan Hati Pena #15, yang berlangsung di Jakarta, Minggu 28 November 2021 di Jakarta.

Seminar yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena itu membahas polemik sains vs filsafat ini dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.

Budhy menjelaskan, menurut Wittgenstein, untuk mengerti fungsi bahasa, perhatian harus dialihkan. Yakni, dari logika dan penyusunan bahasa yang sempurna, kepada logika bahasa sehari-hari, bahasa common sense.

Karena permainan bahasa inilah, bahasa mempunyai berbagai macam penggunaan, tergantung dari konteksnya.

Bahasa logika yang menjadi fondasi bahasa sains tidak dapat memecahkan seluruh persoalan yang timbul dari pemakaian Bahasa, karena makna tergantung dari penggunaan.

“Malahan, bahasa logika akan mengakibatkan suatu distorsi yang serius, jika dipaksakan untuk memahami sesuatu yang memang struktur epistemologisnya ada di luar fakta empiris,” ujar Budhy.

Contohnya adalah bahasa agama, yang tidak bisa “dibaca” dengan bahasa logika yang didasarkan pada pengetahuan-dengan korespondensi.

Oleh karena itu, sains janganlah terlalu “sok tahu” atas soal-soal besar. Para saintis harus lebih rendah hati. *

  • Bagikan
Exit mobile version