Ponpes Thawalib Terapkan Protokol Covid -19 Sambut Kedatangan Santri

  • Bagikan

Padang Panjang, Harianindonesia.id – Pondok Pesantren Thawalib Gunung Kelurahan Sigando, Kecamatan Padang Panjang Timur kota Padang Panjang memulai tahun ajaran baru dengan mendatangkan santri kembali dibawah kontrol protokol kesehatan ketat mulai dari 13 Juli hingga 20 Juli 2020 mendatang.

Sebagaimana diketahui sejak serangan Virus Corona ke Padang Panjang dan pemerintah menutup kegiatan belajar mengajar, seluruh siswa pondok pesantren dipulangkan ke rumah masing masing.

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Thawalib Gunung, Muhamad Mahfuz Mustia, Lc, berbeda dengan musim awal pendidikan sebelumnya, kedatangan para santri di awal tahun ajaran baru kali ini benar benar dikawal secara ketat dengan menggunakan protokol kesehatan Covid -19.

“Kami sudah mengatur kedatangan para santri dalam empat tahap, mulai dari tanggal 13 Juli hingga 20 Juli 2020. Setiap tahap kedatangan akan dilakukan pemeriksaan santri secara intensif menggunakan protokol kesehatan Covid -19,” ujar Muhamad Mahfuz, Senin (22/6/2020).

Dijelaskan, kedatangan tahap pertama adalah para santri Aliyah pada tanggal 13 Juli. Kemudian tahap kedua, Santri Tsanawiyah yang berasal di luar Kota Padang Panjang dan Batipuah Sepuluh Koto, pada tanggal 16 Juli.

Selanjutnya, tahap ketiga, santri baru dari tingkat Tsanawiyah dan Aliyah pada tanggal 18 Juli. Dan terakhir tahap keempat, Santri Tsanawiyah dari Kota Padang Panjang pada tanggal 20 Juli.

Menurut Ustadz Mahfuz, untuk menyambut kedatangan santri dalam empat tahap tersebut, Ponpes Thawalib Gunung bekerjasama dengan LPM Sigando, mengerahkan tenaga kader LPM dan PMI untuk melakukan pengecekan kesehatan santri.

“Nanti, bila ada terindikasi, seperti demam tinggi dan sebagainya, kita akan arahkan ke Puskesmas yang ada di sini. Kalau toh, tidak ada tempat isolasi, mungkin kita pakai kelas Ponpes saja,” ungkap Ustadz Muhamad Mahfuz Mustia.

SIMAK JUGA :  Pohon Tumbang, Beberapa Ruas Jalinsum Macet

Terkait dampak Covid 19 pada pendaftaran santri baru, diakui Ustadz Mahfuz, jauh berkurang dari tahun sebelumnya. Bila tahun sebelumnya pendaftaran murid Aliyah mencapai 40 orang, kini baru 17 orang yang mendaftar. Sementara, Pendaftaran murid Tsanawiyah yang dulu 60 orang kini baru 44 orang.

“Mungkin karena faktor ekonomi.
Sebagian wali santri merupakan non PNS. Diantaranya, para petani karet, sawit,pedagang. Hal ini tentu cukup berdampak kepada perekonomian mereka jadi mungkin itu yang menyebabkan sejumlah orang tua kesulitan menyekolahkan anaknya,” lanjut Ustadz.

Lebih lanjut, berdasarkan standar pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) di Pondok Pesantren di New Normal, Santri belum bisa diizinkan keluar pondok di akhir pekan. “Yang biasanya kita tiap minggu membuka perizinan, untuk ke Pasar, untuk sementara tidak diizinkan dulu, termasuk santri dari Kota Padang Panjang,” lanjut Ustadz.

Hal itu menindak lanjuti arahan Walikota melalui Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang.

Salah seorang guru, Refna Yunaldi, S. Ag mengatakan, PBM Pondok Pesantren berbeda dengan sekolah reguler. ” Di New Normal, di Ponpes Thawalib Gunung, kita tidak 2 shift seperti sekolah biasa, semua murid tetap masuk seperti biasa. Karena kita satu komunitas, pembelajaran seperti biasa saja, yang diperketat waktu kedatangan saja,” ungkapnya.

(awe/*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *