Ayah…Belajarlah Jadi Imam

  • Bagikan

Oleh Wardas Tanjung

Seorang sahabat mengirim video ke WA saya. Mulanya malas buka, tapi iseng iseng saya buka juga, karena lagi tidak ada kerjaan.

Rupanya video itu tentang pelaksanaan shalat tarawih di rumah. Saya tidak tahu persis siapa imamnya, karena yang tampak cuma dua orang kakak beradik (yang besar perempuan di shaf belakang dan yang kecil laki laki di shaf di depannya).

Dalam video itu terlihat sang adik (mungkin usianya sekitar 5-6 tahun) banyak sekali gerakannya, seperti main main, hingga akhirnya celana yang dipakainya robek di bagian bawah selangkangannya (pisak sarawa). Sang kakak tertawa mendengar bunyi praaaak dan si adik bingung. Keduanya lantas saling pandang….preeeerr shalat pun bubar.

Selang beberapa hari kemudian saya dapat kiriman video lagi, seorang laki laki berkulit hitam (kayaknya tidak di Indonesia ya) menjadi imam shalat di rumahnya dengan makmum beberapa perempuan (juga berkulit hitam).

Dalam video ini sang imam yang bercelana cingkrang dan berkaos hitam, sedang membaca alfatihah. Namun tiba tiba dia tidak bisa melanjutkan bacaan “iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” setelah lancar sekali membaca “maaliki yaumiddiin”.

Saya tidak tahu apakah alfaatihah itu tidak hafal olehnya atau dia sedang pecah konsentrasi sehingga hilang hafalannya. Yang jelas dia sempat mengulang membaca “maaliki yaumiddiin” sampai beberapa kali dengan raut wajah cemas bercampur takut dan haru. Sementara makmumnya tidak ada yang berani mengingatkan (bisa jadi takut/tidak hafal?). Akhirnya shalat pun bubar.

Andai kedua video itu adalah konsekuensi dari stay at home, sehingga shalat di rumah saja, maka covid-19 benar benar telah membuat semuanya jadi kacau. Ibadah shalat berjamaah pun jadi komedian. Na’udzubillahi min dzaalik.

Pesan moral yang saya tangkap dari kedua video itu adalah, ketika saat ini kita semua (hampir di seluruh dunia) dianjurkan untuk di rumah saja, maka semua aktifitas harus dilakukan di rumah. Shalat wajib lima waktu di rumah saja, shalat tarawih di rumah saja, tadarus Alquran di rumah saja, malah pesan makanan di rumah saja juga.

SIMAK JUGA :  Elegi itu Bernama Organisasi Alumni Universitas Bung Hatta

Sebegitu banyak shalat berjamaah yang harus dilakukan di rumah, maka peran seorang imam di sebuah rumah tangga menjadi sangat penting. Idealnya yang jadi imam itu adalah ayah.

Di sini terlihat ada persoalan yang harus disikapi. Tidak semua ayah mampu jadi imam. Bisa jadi karena ayah tidak terbiasa mengimami anggota keluarganya, ayah tidak punya hafalan ayat yang cukup untuk dibaca saat jadi imam (apalagi shalat tarawih), ayah memang tidak bisa membaca Alquran atau ayah sama sekali tidak shalat.

Persoalan ini kemudian menjadi masalah serius, karena sebagai ayah, dia adalah imam (pemimpin) di rumah tangganya. Sebagai pemimpin, nanti di akhirat akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu (kullukum raa’in wakullukum mas uulin ‘an ra’iyyatihi, hadits). Bagaimanakah kelak dia akan mempertanggung jawabkan itu, sementara dia memang tidak melakukannya?

Ternyata dampak covid 19 yang berakibat kita harus di rumah saja, persoalannya tidak hanya urusan duniawi (bagaimana memenuhi pangan, pendidikan, silaturrahim, wisata dll), melainkan juga menyangkut urusan ukhrawi (pertanggung jawaban seorang ayah di akhirat nanti atas kepemimpinannya di rumah tangga).

Oleh sebab itu, patutlah jadi bahan renungan kita sekaligus menjadi i’tibar bagi para ayah, agar bisa menjadi imam sesungguhnya dalam keluarga. Tidakkah seorang ayah mengerti, bahwa karena ketidakmampuannya jadi imam shalat, ibadah tarawih isteri dan anak anaknya tidak bisa dilaksanakan secara berjamaah. Nilai pahala mereka tidak maksimal padahal di bulan Ramadhan ini pahala kebaikan dilipatgandakan oleh Allah SWT dan orang berlomba lomba untuk meraihnya.

Wahai para ayah, belum terlambat untuk belajar jadi imam. Mulailah belajar membaca Alquran dan menghafal beberapa ayat (ayat ayat pendek pun jadi). Mari jadikan moment “di rumah saja” ini untuk belajar dan belajar lagi menjadi imam sesungguhnya, agar nanti dapat dengan lancar mempertanggung jawabkan kepemimpinan di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam. Wassalam

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *