Polemik AS – China di Tengah Pandemi Corona

  • Bagikan

Kegiatan peneliti di laboratorium Institut Virologi Wuhan. (JOHANNES EISELE / AFP)

Jakarta, Harianindonesia.id ‐ Di tengah situasi dunia yang kalut atas pandemi virus corona, Amerika Serikat dan China terus melanjutkan perseteruan mereka.

Kedua negara tersebut juga belum lama terlibat perang dagang yang membuat ketar-ketir banyak negara atas dampak yang ditimbulkan. 

Sejak wabah itu merebak di China pada akhir 2019, awalnya Presiden AS, Donald Trump, masih yakin dengan menyatakan mereka sanggup mengatasinya dengan melakukan pengujian massal.

Akan tetapi, sikap Trump berubah ketika wabah corona di China semakin menurun, tetapi jumlah kasus di AS perlahan merangkak naik, dan bahkan kini sudah mencapai lebih dari 1 juta.

Trump mulanya menyebut virus corona sebagai virus Wuhan. Sebab, wabah itu pertama kali merebak di Kota Wuhan yang merupakan ibu kota provinsi Hubei, China.

Setelah jumlah kasus infeksi di AS semakin banyak, satuan tugas penanganan virus corona yang dipimpin Wakil Presiden AS, Mike Pence, menuduh China tidak memberikan data secara lengkap mengenai penyebaran virus corona di Wuhan.

Tuduhan lain lantas diarahkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump mengatakan WHO tidak terbuka mengenai wabah virus corona dan dinilai terlalu berpihak kepada China.

Kemudian, Trump menuduh virus corona adalah hasil rekayasa yang dilakukan di laboratorium Institut Virologi Wuhan. AS juga mendesak supaya China membuka akses untuk para pakar dunia memeriksa kegiatan dan standar baku kegiatan di lokasi tersebut.

China lantas bereaksi keras enggan memberikan izin dan membantah semua tuduhan tersebut.

Negeri Tirai Bambu balik menuding dengan menduga ada keterlibatan AS dalam penyebaran virus corona. Sampai-sampai muncul dugaan virus tersebut adalah senjata biologis.

Perseteruan tersebut lantas membuat Trump menyatakan mencabut bantuan anggaran bagi WHO dan kemungkinan tidak akan melanjutkannya sampai kapanpun. Di sisi lain, China langsung menanggapi dengan memberi dana tambahan jutaan dolar kepada WHO.

SIMAK JUGA :  Waketum FKMPI Adhy Santoso Terpilih Jadi Pengurus Alumni Amerika

Trump meyakini bahwa China seharusnya bisa mencegah wabah virus corona menjadi pandemi yang mempengaruhi dunia. Sejumlah sekutu AS seperti Australia dan Inggris juga meminta keterbukaan China terkait data virus corona.

“Ada banyak cara yang bisa kami lakukan untuk membuat mereka bertanggung jawab. Kami sedang melakukan investigasi dengan serius seperti yang kalian semua ketahui dan kami tak senang dengan situasi yang ada saat ini,” ucap Trump dalam sesi konferensi pers dikutip dari Associated Press, Selasa (28/4) kemarin.

Pemerintah China seolah membalas diplomasi koboi ala AS dengan mengelak bak jurus-jurus kung-fu. Selain menanggapi, mereka juga gencar mengirim bantuan kepada sejumlah negara sahabat untuk penanganan virus corona, termasuk mengisi kekosongan pengaruh AS di WHO.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, sempat mengatakan bahwa mereka bukan musuh AS di tengah situasi pandemi corona dan menyarankan supaya bersama-sama saling membantu. Meski begitu, hal tersebut tidak membuat China lantas bersikap mengalah.

“Mereka (AS) hanya memiliki satu tujuan: melalaikan tanggung jawab atas tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi yang buruk, dan mengalihkan perhatian publik,” kata Geng kepada wartawan dalam jumpa pers pada Selasa kemarin, seperti dikutip dari AFP.

AS dan China kini diibaratkan sebagai dua raksasa dunia. Mereka saling berebut pengaruh di seluruh kawasan dunia. Persaingan itu semakin sengit ketika Presiden China, Xi Jinping, menggulirkan program Belt and Road untuk memperluas jejaring persahabatan dengan negara lain melalui proyek infrastruktur.

Sedangkan AS juga mati-matian berusaha supaya sekutunya tidak jatuh ke dalam dekapan China.

(awe/cnn)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *