Begini Penyebab Santri di Sumbar yang Dikeroyok dan Akhirnya Meninggal Dunia

  • Bagikan

PADANG, harianindonesia.id – Robby Alhalim (18) santri Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Tanah Datar, Sumatera Barat yang akhirnya meninggal dunia akibat diniaya belasan rekannya ini, sempat mengalami koma. Untuk pertolongan medis ia dilarikan untuk dirawat ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Orang tua Robby, Yoserizal tak menerima kondisi anak bungsunya mendapatkan perlakuan kekerasan di pondok pesantren. Apalagi pemicu pengeroyokan diduga dituduh melakukan pencurian. Padahal menurut Yose, Robby adalah anak yang baik, lurus, dan jujur.

“Anak saya hanya korban tuduhan untuk menutupi santri lainnya. Setahu saya di pondok pesantren itu memakai barang orang sudah biasa, mencuri sudah biasa, memeras sudah biasa, tapi Robby hanya korban untuk menutupi prilaku santri yang ada,” kata Yoserizal, Rabu (13/2) saat menunggu anaknya dilansir dari hariansinggalangcoid.

Yoserizal mendapat kabar anaknya dikeroyok pada Senin (11/2). Sedangkan peristiwa pengeroyokan tersebut terjadi pada Minggu 10 Februari 2019. Robby sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang hingga akhirnya dirujuk ke Kota Padang.

“Kalau kata dokter dilihat dari kondisinya anak saya (dianiaya) semuanya dengan benda tumpul, kalau tangan kosong enggak kayak gini. Semua badan kena hanya dari betis ke bawah yang engga (dipukuli),” tuturnya dikutip dari okezone

Robby merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Selain Robby terdapat juga kakak-kakaknya yang juga menjadi alumni pondok pesantren Nurul Ikhlas. Robby kini duduk di kelas 4 di pesantren atau setara dengan kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Biasanya Robby pulang sekali enam bulan. Hal itu sesuai dengan keinginan Robby meski pondok pesantren memperoleh pulang ke rumah 1 kali dalam sebulan. Sejauh ini pihak yayasan pondok pesantren mengaku secara lisan mempertanggungjawabkan semua dalam pembiayaan.

SIMAK JUGA :  Sah, KUA-PPAS Kota Depok Rp3,2 Triliun

“Pagi tadi laporan tim medis kondisi Robby kian menurun, bapak harus siap menerima keadaan. Dari hasil analisisa dokter juga mengatakan Robby diduga dikeroyok lebih dari belasan orang,” katanya.

Kapolsek X Koto Polres Padang Panjang, AKP Rita Saryanti membenarkan kejadian itu peristiwa pengeroyokan tersebut.

“Benar ada kasus pengeroyokan yang dilakukan secara bergantian di pondok pesantren Nurul Ikhlas. Kami sudah menerima laporan dari pihak keluarga yang langsung membuat laporan polisi kemarin,” kata Rita

Setelah mendapat laporan tersebut, Rita dan anggotanya mendatangi pondok pesantren untuk mengumpulkan bukti-bukti, saksi hingga olah tempat kejadian perkara. Selain itu, surat visum juga telah dikirim.

“Informasi awal yang kami dapatkan pengeroyokan berawal dari salah seorang santri merasa kehilangan barang. Sehingga yang merasa kehilangan merasa kesal, marah dan curiga kepada korban yang membuatnya melakukan tindakan pengeroyokan,” katanya.

Diduga korban dikeroyok sebanyak 16 orang santri yang masih saling kenal dan teman sekelas korban. Namun untuk pemeriksaan indikasi yang terlibat ini, pihak pondok pesantren meminta diundur terlebih dahulu.

Belakangan setelah kasus diambil alih Satreskrim Polres Padang Panjang dan polisi memeriksa dua puluhan saksi, sebanyak 17 santri yang diduga ikut mengeroyok dijadikan Polisi sebagai tersangka. Pihak Ponpes minta santrinya tidak ditahan polisi. Bahkan, sebagai hukuman Ponpes, para pelaku sudah dihukum dengan digunduli rambutnya.

Sementara itu, Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP M Djamil Padang, Gustavianof, pasien mendapatkan perawatan di Ruangan Observasi Intensif (ROI) Instalasi Anestesiologi Terapi Intensif RSUP M Djamil. (editor)

Sumber hariansinggalangcoid

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *